MASA KELAHIRAN NUSHAIRIYAH
Golongan ini muncul di abad ketiga Hijriyah. Para ‘perintisnya’ termasuk pemeluk aliran Syiah yang ekstrim yang mengklaim bersemanyamnya unsur tuhan dalam diri ‘Ali. Mereka mengkultuskannya. Tujuan utama mereka adalah melemahkan dan menghancurkan Islam. Dalam setiap peperangan, musuh Islam selalu menjadi kawan baik mereka.
TOKOH-TOKOH NUSHAIRIYAH
Pendiri firqah ini adalah orang yang dikenal sebagai Abu Syu’aib Muhammad bin Nushair Al Bashri An Namiri yang meninggal tahun 270H. Orang ini sempat berjumpa dengan tiga orang imam ala Syi’ah, yaitu ‘Ali bin Al Hadi, Al Hasan Al ‘Askari dan Muhammad Al Mahdi (tokoh yang fiktif).
Tokoh pendiri ini, mengklaim dirinya sebagai pintu menuju Imam Al Hasan Al ‘Askari, dan mewarisi ilmunya serta berkapasitas sebagai sumber referensi sepeninggalnya. Menurutnya, status ini tetap permanen sepeninggal Imam Al Mahdi. Kesesatannya tidak berhenti sebatas ini saja, bahkan ia mengklaim menggenggam nubuwwah dan risalah (menjadi nabi dan rasul Allah).
BEBERAPA POKOK PEMIKIRAN NUSHAIRIYAH
- Nushairiyah mendudukkan Sahabat ‘Ali sebagai ilah (tuhan). Golongan ini meyakini bahwa ‘Ali bersemayam di awan setelah bebas dari kungkungan jasad kasarnya. Ketika awan berjalan, mereka akan mengatakan “As salamu ‘alaikum ya Abal Hasan”, artinya: semoga keselamatan senantiasa tercurahkan kepadamu, wahai Abal Hasan (‘Ali).
- Kecintaan mereka kepada ‘Abdur Rahman bin Muljim (pembunuh ‘Ali) sangat besar, bahkan mereka mendo’akan sang pembunuh Khalifah tersebut. Alasan mereka, karena ia telah membebaskan ‘Ali dari jasad kasarnya. Dan orang yang melaknat sang pembunuh akan menghadapi cercaan dan kritikan.
- Para penganut aliran ini meyakini bahwa ‘Alilah yang menciptakan Muhammad, dan Muhammad yang menciptakan Salman Al Farisi. Salman Al Farisi, dialah yang menciptakan aitam khamsah (lima anak yatim). Mereka itu adalah Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Utsman bin Mazh’un dan Qunbur bin Kadan. Masing-masing mempunyai tugas. Al Miqdad bin Al Aswad memegang kendali halilintar. Abu Dzar Al Ghifari, tanggung jawabnya mengontrol perputaran planet dan bintang. Sedangkan ‘Abdullah bin Rawahah diserahi mengurusi perjalanan angin dan mencabut nyawa. Adapun ‘Utsman bin Mazh’un, tugasnya mengontrol lambung, panas tubuh dan penyakit manusia. Terakhir, Qunbur bin Kadan diberi mandat untuk meniupkan ruh ke dalam jasad.
- Orang-orang Nushairiyyah sangat mengagumi khamr (minuman keras). Mereka biasa menenggaknya. Karena itu, mereka sangat mendewakan pohon anggur dan mencela orang yang mencabut atau memotongnya dengan makian yang buruk. Mereka menamakan khamr sebagai nur (cahaya).
- Pada hari Kamis, mereka mengerjakan shalat lima waktu dengan hitungan raka’at yang sangat banyak, tanpa sujud.
- Para pengikut firqah ini tidak melaksanakan shalat Jum’at. Mereka tidak pernah melakukan thaharah (bersuci), baik dengan wudhu atau mandi janabah sebelum shalat.
- Mereka tidak mempunyai masjid umum. Shalat dikerjakan di dalam rumah.
- Tidak mengakui ibadah haji.
- Tidak mengakui keberadaan zakat.
- Keyakinan mereka bahwa syari’at mempunyai dua makna, lahir dan batin.
- Mereka merayakan hari Dalam yang jatuh pada tanggal 9 Rabi’ul Awwal untuk memperingati kematian Umar bin Khaththab.
- Nama-nama hari raya yang mereka rayakan: hari Nairuz, hari Ghadir, hari Mubahalah, hari raya Idul Adha dan hari-hari raya yang dirayakan orang Nashara.
REFERENSI PEMIKIRAN NUSHAIRIYYAH
Pemikiran Nushairiyyah bertumpu pada ideologi paganisme kuno. Karena itu, mereka begitu mengagungkan bintang, planet dan menjadikannya sebagai tempat tinggal Imam ‘Ali. Selain itu, filsafat agama Majusi juga menjadi dasar pembangunan aqidah Nushairiyyah. Begitu pula keyakinan dalam agama Nashara, mereka adopsi untuk melengkapi kesesatan aqidah Nushairiyyah yang sudah bobrok. Di antaranya, doktrin trinitas, pengkultusan individu dan penghalalan khamr.
Sedangkan aqidah-aqidah yang lain, juga bersumberkan keyakinan dan kebudayaan bangsa yang notabene tidak beriman kepada Allah, seperti negeri-negeri India dan Asia Timur.
TAFSIRAN BATIN ALA NUSHAIRIYYAH TERHADAP BERBAGAI IBADAH
- Jinabah, diartikan loyal dengan para musuh dan kebodohan terhadap ilmu batin.
- Thaharah, mereka mengartikannya melawan musuh agama dan menguasai tafsir batini.
- Puasa, menurut mereka ialah menjaga rahasia yang berkaitan dengan tiga puluh lelaki dan tiga puluh perempuan.
- Zakat, mereka tafsirkan inisial untuk Salman.
- Jihad, mereka maksudkan dengan melemparkan gempuran laknat kepada para musuh dan penyebar rahasia.
- Wilayah, diartikan bersikap ikhlas kepada keluarga Nushairiyah dan membenci para seterunya.
- Al Qur’an, mereka sebut dengan studi pengantar untuk bersikap ikhlas kepada Ali. Shalat, dianggapnya sebagai sebuah rumus untuk lima nama, meliputi: ‘Ali, Hasan, Husain, Muhsin dan Fatimah.
TEMPAT PENYEBARAN FIKRAH NUSHAIRIYYAH
Mayoritas penganut Nushairiyyah menempati lokasi di daerah pegunungan di Ladziqiyah. Akhir-akhir ini, mereka lebih meluas ke daerah kota-kota di Syiria yang berdekatan dengan kampung asli mereka.
Selain itu, Turki dan Albania juga menjadi tempat hidup berkembangnya pemikiran ini. Nushairiyyin juga menempati Persia (Iran), Turkistan dan Libanon.
HUKUM AQIDAH NUSHAIRIYYAH
Ulama Islam sepakat menyatakan, tidak boleh mengikat tali pernikahan dengan orang-orang Nushairiyyah. Demikian juga, sembelihan mereka tidak boleh dikonsumsi, tidak boleh menyolati jenazah mereka, sekaligus melarang mengubur jenazah mereka di pemakaman umat Islam. Begitu pula, tidak diperbolehkan menggunakan mereka untuk berjaga di garis perbatasan.
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berkata: “Mereka, yang populer disebut Nushairiyyah dan seluruh golongan Qaramithah lebih kafir daripada Yahudi dan Nashara, bahkan lebih kafir dari kebanyakan orang-orang musyrik. Bahaya mereka lebih berat daripada bahaya orang-orang kafir yang memerangi umat Islam, seperti pasukan Tatar, orang Barat dan lain-lain … Mereka selalu mendukung musuh kaum muslimin. Mereka membantu kaum Nashara untuk menggebuk umat Islam. Kemenangan umat Islam atas orang-orang Tatar malah menjadi musibah terbesar mereka. Kemudian, pasukan Tatar tidaklah mampu menerobos negeri-negeri Islam dan membunuh khalifah dan raja-raja lainnya, kecuali dengan bantuan dan dukungan mereka!”.
KESIMPULAN
Dari keterangan di atas telah jelas, bahwa Nushairiyyah termasuk golongan batiniyah ekstrim yang menuhankan ‘Ali bin Abi Thalib. Hakikat Islam tidak melekat pada diri mereka. Dengan demikian, kita tidak boleh melakukan interaksi dengan mereka dengan cara Islam, lantaran pemikiran sesatnya (baca: kufur) yang sangat jelas lagi kentara. Zakat, haji dan shalat Jumat serta thaharah tidak terdapat dalam kamus mereka. Na’uzdubillah.
Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M
Footnote
1) Al Mausu’ah Al Muyassarah Fil Adyani Wal Madzahib Wal Adab Al Mu’ashirah. Dr. Mani’ bin Hammad Al Juhani Cet. III Th. 1418 H (1/393-399).