Seorang muslim akan sangat bersedih manakala mendengar kematian tokoh besar Islam. Siapa yang tak kenal ‘Umar bin Khaththâb ضي الله عنه , pembesar suku Quraisy sebelum dan sesudah beliau masuk Islam?. Musuh-musuh Islam saja mengakui ketokohan, keteladanan dan kharisma ‘Umar bin Khaththâb al-Fârûqz. Bahkan setan pun takut berpapasan dengannya.
Tak disangka, ada pihak yang sangat bersuka-cita dan gembira akan kejadian tersebut. Bahkan merayakannya seperti merayakan hari kebahagiaan dan hari kemenangan (?!). Mereka itu adalah kaum Syiah. Hal ini bukan mengada-ada untuk memojokkan mereka. Tapi, memang demikianlah realitanya.
KEDUDUKAN PERAYAAN INI PERAYAAN INI DI HATI KAUM SYIAH
Sungguh besar apresiasi kaum Syiah terhadap hari raya ini. Mereka pun mengkategorikannya sebagai hari-hari besar. Hari itu lebih dikenal dengan sebutan ‘Idul Akbar (hari raya terbesar), Yaumul Mufâkharah (hari kebanggaan), Yaumut Tabjîl (hari keagungan), Yaumuz Zakâtul Uzhmâ (hari Zakat Agung), Yaumul Barakah wat Tasliyah (hari keberkahan dan pelipur lara). Melalui nama-nama di atas, sangat jelas mereka menganggapnya sebagai hari kemenangan.
Secara rutin ,mereka merayakannya pada tanggal 9 Rabi’ul Awwal tiap tahunnya. Menurut mereka, saat itulah hari kematian (Khalifah) ‘Umar ضي الله عنه .
Berdasarkan klaim palsu mereka, Nabi Muhammad ﷺ telah mengabarkan akan terjadinya hal tersebut. Juga mengabarkan bahwa hari itu adalah hari kemenangan bagi Ahlul Bait. Pada hari itu, disunnatkan memberi makanan, menyalami kawan-kawan dan membahagiakan mereka, serta bermewahan dalam belanja bagi keluarga, mengenakan baju baru, saling berkunjung, dan menampakkan kebahagiaan. Barang siapa melaksanakan itu semua, akan memperoleh tambahan kekayaan, usia dan dibebaskan dari api neraka. Jerih payahnya akan dibalas dengan kebaikan dan dosa-dosanya terampuni. Selain itu, menurut mereka, pada hari itu, Allah k membebaskan mereka untuk melakukan apa saja. Karena catatan amalan buruk dihentikan sejenak, selama tiga hari. 1 Riwayat palsu ini mereka usung guna mendukung perayaan yang sejatinya menggambarkan kebencian besar mereka terhadap Islam dan tokoh-tokohnya.
ABU LU’LUAH PEMBUNUH UMAR رضي الله عنه , DIELU-ELUKAN
Masyarakat yang masih lurus akan sangat membenci pembunuh tokoh Islam. Namun kenyataannya, justru para penganut Syiah (Ulama mereka) menyematkan predikat mentereng bagi pembunuh Umar ضي الله عنه . Baba Syuja’ (Bapak Pemberani), itulah gelar yang melekat pada Abu Lu’luah, pembunuh Umar ضي الله عنه (semoga memperoleh balasan setimpal dari Allah k atas kelakuan jahatnya). Ia pun dipandang sebagai manusia terafdhal (paling utama), dan karena itu, ia telah menggapai kedudukan tinggi di sisi-Nya.
KEBATILAN PERAYAAN INI
Adalah tidak mengherankan, bila Syiah gembira menyelenggarakan perayaan mengenang kematian ‘Umar bin Khaththâb ضي الله عنه di tangan Abu Lu’luah. Sebab, mereka telah mengkafirkan para Sahabat Rasulullahr kecuali beberapa nama saja dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam pandangan mereka, para Sahabat g adalah munafiqun (kaum munafik) dan telah keluar dari Islam (murtad)2 . Terutama, Abu Bakar ash-Shiddîq dan ‘Umar bin Khaththâb ضي الله عنه . Apakah aneh, jika manusia-manusia yang beraqidah demikian merayakan perayaan semacam ini?.
Berikut ini bukti kebatilan perayaan tersebut melalui beberapa sudut:
- Kebebasan berbuat apa saja selama 3 hari perayaan. Dari sisi ini, tampak betapa jauhnya mereka dari petunjuk Allah Ta’ala . Apakah agama Islam memperbolehkan umatnya untuk berbuat maksiat semaunya, seperti pembunuhan, zina, mencuri dan lain-lain, pada waktu tertentu?!.
- Terlebih lagi, penentuan pahala besar bagi orang[1]orang yang merayakannya. Itu semua kian memperjelas kebatilan dan kedangkalan akal mereka.
- Tidak ada riwayat dari seorang pun dari kalangan Ahlul Bait (keluarga Rasulullahn) yang merayakan hari tersebut, sebagaimana diklaim oleh Syiah. Justru sebaliknya, Ahlul Bait mencintai Abu Bakar dan ‘Umar رضي الله عنه dan memandang mereka berdua insan terafdhal dari umat Islam. Jadi, riwayat itu hanyalah kedustaan Syiah atas nama keluarga Rasulullah ﷺ yang mulia.
- Kebatilan lain, bahwa ‘Umar bin Khaththâb رضي الله عنه wafat pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H. Bukan di bulan Rabi’ul Awwal. Hal ini juga membuktikan kebenaran pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله :
وَالْقَوْمُ مِنْ أَكْذَبِ النَّاسِ فِيْ النَّقْلِيَّاتِ وَمِنْ أَجْهَلِ النَّاسِ فِيْ العَقْلِيَّاتِ
Mereka itu termasuk orang-orang yang paling dusta dalam naqliyyat (periwayatan dalil maupun riwayat-riwayat secara umum, red). Dan termasuk paling bodoh dalam masalah aqliyyât (masalah-masalah logika, red)”. 3
Dengan demikian, jelaslah kebatilan perayaan hari tersebut, tidak berdasar sama sekali dalam agama Islam. Itu hanyalah perayaan produk Syiah yang secara khusus ditujukan untuk mengguncang Islam dan akidah umatnya. Serta menjadi potret betapa besarnya kebencian Syiah terhadap Khalifah ‘Umar bin Khaththâb yang telah berhasil meluluhlantakkan kerajaan Majusi dan para penyembah api di Persia yang merupakan nenek moyang kaum Syiah.
Diadaptasi dari tulisan :
al-A’yâd Wa Atsaruha ‘alal al-A’yâd Wa Atsaruha ‘alal Muslimîin DR. Sulaimîn bin Salim as-Suhaimi, Imâdah Bahtsil ‘Ilmi Jâmiah Islâmiyyah Madinah, Islâmiyyah Madinah, Cet. I, Th. 1422 H, Cet. I, Th. 1422 H, hal. 415-421. hal. 415-421.
Footnote:
- Riwayat yang mereka kemukakan panjang, hingga kami merasa tidak perlu mengutipnya di sini, karena keterbatasan tempat. Dari ringkasan di atas saja sudah dapat dijumpai banyak keganjilan dan kesesatan. Wal’iyâdzu billâh
- Lihat ar-Raudhah dari kitab al-Kâfi karya al-Kulini asy-Syi’i (8/246-247), Rijâlul Kisysyi (135)
- Minhaajus Sunnah (1/369)
Majalah As-Sunnah Edisi 10/ thn. XII/1430H /2009M