Rasulullah ﷺ Seorang yang Lapang Dada, Tidak Suka Membalas Dendam

oleh -6718 Dilihat
oleh
Akhlak Rosul

Dalam mengarungi dakwah, tidak jarang Rasulullah ﷺ menghadapi penolakan-penolakan yang sangat kasar. Meski demikian, beliau ﷺ tetap teguh untuk menjadi seorang insan pemaaf, mengabaikan tanggapan negatif tersebut.

Hari-hari yang datang silih berganti, benar-benar, beliau ﷺ dedikasikan sepenuhnya untuk menciptakan kebaikan dan keselamatan bagi umat manusia. Tidak pernah terbersit pun pada benak beliau untuk memuaskan emosi pribadi dengan melancarkan balas dendam terhadap kaum yang menentang. Beliau ﷺ dititahkan untuk memilih jalan damai, memaafkan kesalahan orang yang masih dalam kungkungan jahâlah (ketidaktahuan). Harapan beliau ﷺ , tiada lain supaya lahir manusia-manusia yang hanya berserah diri secara tulus kepada ilah (sesembahan) yang haq.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Qs al-A’râf/7:199).

Memaafkan tidak identik dengan kehinaan dan ketidakberdayaan. Bahkan sifat memaafkan merupakan cermin kebesaran jiwa dan kekuatan hati, serta lapang dada. Sebab, pada dasarnya ada kesanggupan untuk membalas. Sikap yang baik ini, akan menunjukkan rasa kebesaran jiwa, yaitu menumbuhkan ketenangan, ketentraman, kemuliaan dan keperkasaan jiwa, yang tidak akan dijumpai tatkala melampiaskan api dendam.

Rasulullah ﷺ bersabda :

وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إلاَّ عِزًّا

Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan kemudahan untuk memaafkan kecuali Allah akan memberinya izzah (kemuliaan). (HR Muslim no. 6535).

Dengan demikian, orang yang berakal seharusnya mengamalkan nasihat Ibnu Hibban رحمه الله dalam Raudhatul-’Uqalâ‘ (hlm. 166): “(Betapa pentingnya) seseorang melatih diri untuk berlapang dada terhadap kesalahan manusia, tidak membalasnya dengan kejelekan. Karena, tidak ada obat yang paling efektif dapat meredam kejahatan (orang lain) melebihi perbuatan yang baik kepadanya. Dan, tidak ada faktor yang mampu menyalakan dan menyulut kejahatan, melebihi apa yang dilakukan dengan kejahatan serupa”.

Dalam perjalanan sejarah Islam, ‘Aisyah رضي الله عنها pernah meriwayatkan sikap lapang dada yang sangat fantastis pada diri Rasulullah ﷺ .

‘Aisyah رضي الله عنها bertanya kepada Nabi ﷺ : “Wahai, Rasulullah! Pernahkah engkau melewati suatu hari yang lebih berat dari peperangan Uhud?”

Beliau ﷺ menjawab,”Aku telah mengalami gangguan dari kaummu. Peristiwa yang paling berat kulalui adalah pada hari (‘Aqabah Thâif). Aku mendatangi Ibnu ‘Abdil-Yalil bin Abdi Kilal, namun ia tidak menyambutku. Aku bergegas pergi dalam keadaan sedih bukan kepalang. Aku baru menyadari ketika telah sampai di daerah Qarnuts-Tsa’âlib. Aku angkat kepalaku, dan tiba-tiba terlihat awan yang menaungiku. Aku amati, dan muncullah Jibril seraya berseru,’Sesungguhnya Allah عزوجل telah mendengar perkataan dan penolakan kaummu. Dia سبحانه وتعالى telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk siap engkau perintah’. Malaikat penunggu gunung pun memanggil dan mengucapkan salam kepadaku, seraya berseru: “Wahai, Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar penolakan kaummu. Dan aku penjaga gunung mendapat titah untuk menerima perintahmu sesuai dengan kehendakmu. Jika engkau mau, maka aku akan benturkan dua gunung ini di atas mereka”. (Mendengar seruan malaikat ini), beliau ﷺ justru berkata:

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

Sesungguhnya aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. (HR Muslim no. 4629).

Subhanallah, betapa menakjubkan dan betapa indah perilaku Rasulullah ﷺ . Meskipun mendapat gangguan yang berat, beliau ﷺ ternyata tetap membuka pintu maaf.

Semoga shalawat dan salam-Nya senantiasa tercurahkan kepada beliau ﷺ , keluarga dan para sahabatnya sampai datang hari Pembalasan.

Majalah As-Sunnah Edisi Ramadhan (06-07)/Tahun XI/1428H/2007M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!