Pentingnya memahami hikmah Ilahi

oleh -180 Dilihat
oleh

Allah mensyariatkan segala sesuatu atas hamba-Nya atas dasar hikmah yang diketahui dan dikehendaki-Nya, baik hal-hal yang terkait dengan thaharah, Ibadah, maupun muamalah, dan yang berhubungan dengan seluruh perintah dan larangan-Nya.

Respon seorang Muslim yang baik terhadap aturan aturan yang disyariatkan Rabbnya ialah idz’ân (tunduk) dan taslîm (menerima dengan tulus), baik ia mengetahui hikmah Ilahiyah pada suatu ajaran atau ia tidak tahu sama sekali mengenai hikmah pensyariatannya.

Terkadang hikmah Ilahiyah dalam aturan syariat tertentu langsung dijelaskan oleh syarit. Di sisi lain, banyak juga aturan syariat yang tidak disebutkan hikmah Ilahiyah dalam pensyariatannya, akan tetapi seorang hamba Allah yakin dengan seyakin-yakinnya, bahwa aturan itu baik bagi dunia dan akhiratnya. Dalam hal ini, kadang-kadang sebagian Ulama mencermati hukum-hukum Allah dan aturan-aturan-Nya dan menggali manfaat-manfaatnya untuk kemudian disampaikan kepada umat. Walhamdulillah.

Di sinilah, amat penting bagi keluarga Muslim untuk mengetahuinya, sehingga akan lebih mencintai ibadah-ibadah dan mengerjakannya dengan lebih bersemangat, dalam rangka mencari ridha dan pahala dari Allâh عزوجل .

Maka, orang tua mesti memainkan peran penting dalam menerangkan hikmah-hikmah Ilahi dalam ibadah-ibadah kepada anak-anak yang akan menjadi kewajiban mereka setelah baligh.

Sikap Sahabat Nabi terhadap Ajaran Syariat

Apabila seseorang mengerti hikmah, maka itu adalah sebuah kebaikan di atas kebaikan yang lain. Jika tidak mampu menganalisa dan menyimpulkannya, kewajiban dirinya ialah menerima dengan ketulusan, sebab akal manusia bagaimanapun, akan kesulitan untuk dapat meraba setiap hikmah dari setiap aturan agama yang disyariatkan. 1

Umat Islam memiliki teladan yang baik dalam masalah ini pada diri para Sahabat رضي الله عنهم . Mereka menerima perintah-perintah dan melaksananakannya dan mendengar larangan-larangan dan menjauhinya, baik yang ada dalam Al-Qur`ân maupun Hadits, tanpa menanyakan hikmah di balik perintah dan larangan tersebut. Pernyataan ‘Umar bin Khaththâb ketika ia mencium Hajar Aswad sudah cukup menjadi bukti nyata mengenai prinsip yang dipegangi para Sahabat dalam menyikapi perintah dan larangan syariat. Ia mengatakan:

إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعْ، وَلَولَا أَنِّيْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Aku tahu engkau adalah batu, yang tidak mampu memberi madharat atau mendatangkan manfaat. Sekiranya aku tidak pernah melihat Rasûlullâh ﷺ menciummu, maka aku tidak menciummu”. (Muttafaqun Alaih)

Melalui tinjauan yang lain, Syaikh al-‘Utsaimîn رحمه الله mengutarakan sebuah kaedah terkait apa yang diciptakan Allâh dan disyariatkan-Nya yang terambil dari firman Allâh عزوجل :

﴿ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ ٢ ﴾

Dan Dia Maha Mengahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-Tahrîm/66:2)

dan firman Allah عزوجل :

﴿ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ ١ ﴾

Sesungguhnya Allâh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Ahzâb/33:1)

Kaedah itu berbunyi apa saja yang diciptakan Allâh عزوجل pasti memuat hikmah, dan apa saja yang disyariatkan Allâh, pasti mengandung hikmah. Akan tetapi, hikmah hikmah yang terkandung dalam ketetapan takdir atau ketetapan syariat terkadang dapat dimaklumi dan kadang-kadang tidak terdeteksi. Atau hikmah itu diketahui sebagian orang, akan tetapi tidak dimengerti orang-orang yang lain, sesuai dengan tingkat keilmuan dan pemahaman yang Allah berikan kepada mereka. 2

Hikmah Thaharah

Islam sangat memperhatikan kebersihan, bahkan Islam merupakan agama kebersihan jasmani dan ruhani sekaligus. Melalui penanaman tauhid dan peringatan terhadap syirik dan segala bentuk keyakinan yang keliru dan penyakit hati, Islam hendak menumbuhkan keyakinan yang lurus bagi para pemeluknya dan membersihkan dari mereka keyakinan-keyakinan yang keliru.

Sementara pada aspek lain, Islam juga menaruh perhatian pada kebersihan tubuh mereka juga, melalui cara-cara membersihkan diri dari khabats (najis), wudhu dan mandi besar yang berfungsi mengangkat hadats kecil dan hadats besar dari haidh, nifas dan jima`. Kebersihan ini selain ditujukan untuk membersihkan tubuh mereka dari kotoran, juga berhubungan erat dengan syarat ibadah tertentu seperti shalat. 3

Dengan demikian, seorang Muslim akan berada dalam keadaan yang bersih dan suci pada jasmani dan ruhaninya.

Ada juga manfaat lain dari mandi jinabat yang Allah عزوجل perintahkan orang-orang sehabis melakukan jima’ dengan pasangan hidupnya dalam ayat berikut:

﴿ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ ﴾

Dan jika kalian junub, maka mandilah (QS. Al Maidah:6)

Hubungan badan akan menyebabkan keluarnya cairan mani dari kedua belah pihak yang akan menimbulkan kelelahan dan kecapekan yang mengakibatkan tubuh lemas, pikiran yang redup dan aliran darah melambat. Maka, dengan rahmat Allâh al Hakîm al-Khabîr, disyariatkanlah mandi jinabat sehabis jima’. Mandi yang disyariatkan itu akan mengembalikan kekuatan tubuh dan kesegarannya dan meningkatkan denyut aliran darah. 4

Hikmah Ibadah Shalat

Pensyariatan shalat fardhu memuat berbagai faidah yang tidak mungkin dibatasi, baik dari aspek agama, duniawi, kesehatan, sosial, kedisiplinan, kepemimpinan dan pengaturan hidup.

Di dalamnya juga terkumpul berbagai macam ibadah yang kompleks: dzikrullah, tilawah al-Qur`an, berdiri di hadapan Allâh عزوجل , rukuk, sujud, doa, tasbih, takbir.

Shalat merupakan sebuah jamuan mulia yang mengumpulkan semua yang nikmat dan baik, di mana setiap anggota tubuh, seperti tangan, lisan, kaki, hati, telinga, dan mata mendapatkan porsi ibadah yang khusus.

Misalnya, dua tangan dengan diangkat dalam takbiratul ihram menjadi penghias bagi shalat, isyarat menjumpai Allah dan menyingkirkan tirai kelalaian antara mushalli (orang yang sedang mengerjakan shalat) dan Rabbnya. Dua tangan ini juga diangkat sejajar dengan pundak pada saat rukuk dan bangkit dari rukuk pada setiap rakaat.

Orang yang shalat sebenarnya benar-benar sedang dalam ketundukan dan pengagungan kepada kebesaran dan keagungan Rabbnya, apalagi ketika ia dalam keadaan rukuk dan sujud. Hati merenungi bacaan-bacaan yang terucap oleh lisan. Pandang mata terarah ke tempat sujud. Dalam shalat pun, ada perintah khusus, agar orang sungguh-sungguh mengingat Allâh عزوجل .

Allâh عزوجل berfirman:

﴿ اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ ١٤ ﴾

Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thâhâ/20:14)

Allâh عزوجل berfirman:

﴿ اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥ ﴾

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabût/29:45)

Fungsi shalat yang sangat indah di atas akan muncul pada pribadi orang yang memperhatikan shalatnya, karena dalam shalat ada tiga unsur: ikhlas, rasa takut dan dzikrullâh. Keikhlasan seseorang akan mendorongnya terus berbuat baik, rasa takutnya kepada Allâh akan mencegahkan dariperbuatan mungkar, dan dzikrullâh akan menjadikan pandangannya lurus di duni ini. 5

Itulah salah satu faedah dari shalat yang dicanangkan dalam Al-Qur`an, yang semestinya menjadi perhatian semua orang yang mengerjakan shalat lima waktu. Bila ternyata shalat yang telah rutin dijalankan belum mewujudkan fungsi shalat di atas, maka kita semua perlu mengintrospeksi diri dan shalat kita.

Hikmah Shalat Berjamaah

Di antara tanda keluhuran syariat Islam, Islam mensyariatkan kebersamaan dalam banyak ibadah yang menjadi semacam muktamar bagi perjumpaan kaum Muslimin. Pada ibadah-ibadah tersebut yang dikerjakan bersama-sama terdapat manfaat-manfaat besar, untuk mengajari orang jahil, membantu orang lemah, melunakkan hati, menampakkan syiar dan kebesaran Islam.

Kebersamaan dalam ibadah yang pertama ialah shalat berjamaah di masjid. Pertemuan dengan sesama muslim dalam skala yang lebih kecil antar para warga satu perkampungan, di mana mereka akan berkumpul dan menyatu setiap hari lima kali di masjid mereka. Maka, terjadilah komunikasi, saling mengenal dan terwujudlah satu benih persatuan Islam. 6

Hikmah Ibadah Zakat

Ibadah zakat dinamakan demikian, karena memuat makna lughawi dari kata zakat, yaitu mengembangkan harta dan membersihkan pemiliknya. Syariat zakat ini juga menunjukkan sebagian keindahan syariat Islam yang datang untuk menghembuskan ruh kebersamaan, empati, saling menyayangi, dan saling membantu serta memutus segala akar keburukan yang menjauhkan akhlak mulia dari masyarakat dan yang mengancam keamanan dan kehidupan yang tenang dan lain-lain yang akan mewujudkan kebaikan bagi masyarakat, bagi kehidupan dunia maupun akhirat.

Allâh عزوجل telah menjadikan zakat sebagai pembersih jiwa orang dari rendahnya sifat bakhil, sebagai faktor untuk mengembangkan jumlah harta dan keberkahannya sehingga tidak berkurang, sebagai sarana berempati dari orang yang dianugerahi harta yang berlebih kepada sesama manusia, sebagai bantuandari kaum aghniya kepada fakir-miskin yang sedang mengalami kesulitan ekonomi serta untuk mewujudkan ketentraman masyarakat yang tidak dapat tercapai bila ada sekelompok anggota masyarakat yang kelaparan, sementara mereka menyaksikan diri mereka papa, dan menyatukan hati antara anggota masyarakat, saat orang-orang aghniya berdema kepada orang-orang fakir-miskin.

Dengan ini, dapat diketahui bahwa Islam adalah agama yang berspirit keadilan sosial dengan memberi jaminan kehidupan dan kebutuhan bagi orang fakir dan orang lemah, sementara orang kaya tetap memiliki hak kepemilikan atas harta dan kekayaan yang mereka hasilkan dari hasil-jerih payahnya.

Inilah sistem yang lurus dan adil yang akan menciptakan kehidupan dunia yang baik, bukan sistem sosialis ekstrim yang tidak mengakui hak kepemilikan warga, juga bukan sistem kapitalis yang pelit yang bertumpu pada riba dan berorientasi duniawi semata.

Hikmah Ibadah Puasa

Puasa merupakan ibadah yang penuh ujian, karena orang yang berpuasa harus meninggalkan hal-hal yang sebelumnya boleh dilakukan sehari-hari dalam waktu tertentu.

Allâh عزوجل telah menerangkan hikmah puasa melalui firman-Nya:

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣ ﴾

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah/2:183)

Allâh عزوجل sudah menentukan bahwa manfaat puasa agar kaum Muslimin dapat menggapai ketakwaan kepada-Nya.

Puasa termasuk ibadah yang utama, karena mencakup tiga bentuk kesabaran: (1) sabar dalam ketaatan kepada Allâh, (2) sabar dalam menghindari larangan Allâh, dan (3) sabar dalam menghadapi takdir Allâh عزوجل yang tidak mengenakkan.

Hikmah-hikmah ibadah puasa sangat banyak juga. Penyebutan sebagian hikmahnya diharapkan akan meningkatkan keimanan seorang hamba dan menambah kecintaannya terhadap agama Islam.

Di antara hikmah agung dari penetapan ibadah puasa ialah: ibadah kepada Allâh عزوجل dan tunduk patuh kepada-Nya sehingga seorang hamba selalu memperhatikan kehendak Rabbnya, tunduk patuh di hadapan-Nya, ketika ia menolak keinginan-keinginan syahwat pribadinya.

Hikmah Ibadah Haji

Ibadah haji diwajibkan atas kaum Muslimin pada tahun ke-9 H. Ia merupakan ibadah yang memadukan antara ibadah dengan harta, tenaga dan kesabaran. Mengenai manfaat haji, Allâh عزوجل berfirman:

﴿ لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ ٢٨ ﴾

Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut asma Allâh pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka, makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (QS. Al-Hajj/22:28)

Ayat di atas menunjukkan manfaat-manfaat, baik yang berhubungan dengan agama maupun manfaat duniawi. Jamaah haji melaksanakan ibadah-ibadah besar dan utama yang tidak terlaksana kecuali di tempat itu. Mereka juga mendapatkan manfaat-manfaat duniawi, seperti berniaga dan meraih keuntungan-keuntungan materi. Manfaat lain yang penting juga, karena pelaksanaan haji terkonsentrasi pada Makkah dan sekitarnya, maka seorang Muslim dapat berjumpa dengan saudara saudara seiman dari seluruh penjuru dunia.

Inilah uraian ringkas mengenai hikmah-hikmah dan manfaat-manfaat sebagian ajaran-ajaran Islam yang sangat bersentuhan dengan kehidupan keluarga Muslim. Semoga Allâh عزوجل kian meningkatkan rasa cinta kita kepada ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul yang paling mulia, Muhammad ﷺ . Amin.

Ustadz Abu Minhal, Lc.

Baituna 12 Thn.XXI (Rajab 1439H/April 2018M)

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!