SOAL : Ustadz, saat menyampaikan ayat di dalam ceramah atau khutbah didahului dengan ta’awudz terus basmalah atau cukup ta’awudz saja? Syukran jawabannya.
Bayuaji, +628533000xxxx
JAWAB : Jika membaca dari awal surat, maka memulai dengan ta’awudz dan basmalah.
Adapun bacaan ta’awudz, berdasarkan perintah Allah عزوجل :
Apabila kamu membaca al-Qur‘ân hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (Qs an-Nahl/ 16:98)
Sedangkan bacaan basmalah adalah sebagaimana dicontohkan oleh Nabi ﷺ sebagaimana berikut:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُوْلِ اللهِ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَارَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سًوْرَةٌ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ ثَمَّ قَالَ أَتَدْرُوْنَ مَا الكَوْثَرِ ؟ فَقُلْنَا : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيْهِ رَبِّيْ عَزَّوَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهٌ عَدَدُ النُّجُوْمِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَـأَقُوْلُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أَمَّتِيْ فَيَقُوْلُ مَاتَدْرِيْ مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
Dari Anas (bin Mâlik), dia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah ﷺ di tengah-tengah kami (di dalam riwayat lain ada tambahan: di dalam masjid), beliau tidur sebentar lalu mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami bertanya: “Apa yang telah menjadikanmu tersenyum wahai Rasulullah ﷺ ?”. Beliau menjawab: “Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat”. Lalu berlau membaca:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
Kemudian beliau bertanya: “Tahukah kamu, apakah al-Kautsar itu?”. Kami menjawab: “Allah عزوجل dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Itu adalah sebuah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku kepadaku. Padanya terdapat kebaikan yang banyak. Itu juga merupakan telaga yang akan didatangi oleh umatku pada hari Kiamat. Wadah minumnya sebanyak bilangan bintangbintang. Kemudian seorang hamba di antara mereka akan ditarik, maka saya akan berkata: “Wahai Rabbku, dia adalah umatku”. Allah عزوجل menjawab: :”Engkau tidak mengetahui perkara baru yang dibuat oleh umatmu setelahmu”. (HR. Muslim, no. 400)
Imam Nawawi t berkata: “Sepantasnya pembaca al-Qur’ân selalu membaca bismillâhir rahmânir rahîm pada awal setiap surat kecuali surat Barâ’ah (atTaubah), karena mayoritas Ulama berpendapat bahwa basmalah itu merupakan satu ayat”. 3
Namun jika tidak dari awal surat, maka cukup ta’awwudz saja. Di dalam ceramah ataukhutbah, ta’awudz cukup sekali pada pembacaan ayat yang pertama. Karena ketika Nabi ﷺ membaca ayat-ayat al-Qur’ân di khutbah-khutbahnya, beliau langsung membaca ayatnya, tanpa ta’awudz dan basmalah.
Contohnya adalah hadits sebagai berikut:
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَقْرَأُ عَلَى المِنْبَرِ وَنَادَوْا يَامَالِكُ لِيُقْضِ عَلَيْنَا رَبًّكَ
Dari Shafwan bin Ya’la, dari bapaknya, dia berkata: “Aku mendengar Nabi ﷺ membaca (ayat) di atas mimbar: “Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. (Qs az-Zukhruf/43: 77)” 4
Membaca ta’awudz itu hukumnya sunnah. Imam Nawawi t berkata: “Membaca ta’awudz itu hukumnya mustahab (disukai), tidak wajib, dan itu mustahab untuk setiap pembaca alQur’ân, baik di dalam shalat atau diluarnya”. 5
Dari keterangan ini kita mengetahui, jika seseorang berkhutbah atau berceramah, lalu dia membaca ayat al-Qur’ân dengan tanpa membaca basmalah atau ta’awudz, maka dia tidak diingkari, karena tidak meninggalkan sesuatu yang wajib. Wallâhu a’lam.
__________
Footnote:
3 At-Tibyân fî Adâbi Hamalatil Qur’ân, hlm. 86; karya Imam Nawawi; tahqîq Abu ‘Abdillâh Ahmad bin Ibrâhîm al-’Ainain; penerbit Maktabah Ibni ‘Abbâs.
4 HR. al-Bukhâri, no. 4819; Muslim, no. 871.
5 At-Tibyân fî Adâbi Hamalatil Qur’ân, hlm. 85