METODE AL-QUR’AN DALAM MENEGAKKAN HUJJAH (ARGUMENTASI) DAN BERDEBAT DENGAN PEMELUK AGAMA YANG BATHIL

oleh -490 Dilihat
oleh

 

Allah عزوجل memerintahkan agar berdebat dengan cara terbaik. Orang yang merenungi metode-metode yang diterapkan Allah عزوجل dalam menegakkan hujjah (argumentasi) terhadap para pelaku kebathilan melalui para rasulNya, pasti akan tahu bahwa metode-metode itu merupakan hujjah yang paling jelas, paling kuat, paling baik dalam menunjukkan al-haq (kebenaran) dan menghancurkan kebathilan, tanpa menyisakan kebingungan dan kegelisahan. Perhatikanlah diskusi-diskusi para rasul dengan umat-umat mereka, kemudian metode yang diterapkan para rasul ini dalam mengajak umat mereka agar beribadah kepada Allah عزوجل . Semata-mata melalui pemahaman mereka bahwa Dialah Allah عزوجل satu-satunya Rabb, satu-satunya pemberi nikmat; Dialah Allah عزوجل yang memberikan kesehatan dan keselamatan, yang memberikan mata, pendengaran, akal, rizki serta beragam nikmat lainnya. Sebagaimana, Allah عزوجل juga satu-satunya yang mampu menolak bahaya. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu memberikan manfaat atau menolak bahaya. Dengan sekedar mengetahui dan mengakui hal-hal di atas, semestinya seseorang akan tunduk kepada agama yang benar, penyempurna kenikmatan ini. Karena tunduk kepada agama ini merupakan satu-satunya cara bersyukur.

Metode yang sering ditempuh dalam menegakkan hujjah terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah عزوجل dalam ibadah dengan memanfaatkan pengakuan mereka terhadap rubûbiah Allah عزوجل yaitu bahwa Allah عزوجل pencipta segala sesuatu dan Pemberi rezeki, sehingga Allah عزوجل menjadi satu-satunya yang berhak diibadahi. Perhatikanlah metode ini, bagaimana orang yang menyadari dan mengakui rubûbiah Allah عزوجل ini, pikirannya bisa langsung beralih dari pengakuan terhadap rubûbiah Allah عزوجل kepada kewajiban beribadah kepada Allah عزوجل dan memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah عزوجل .

Di antara metode al-Qur’ân dalam berdiskusi dengan mereka yang tenggelam dalam kebathilan yaitu dengan menyebutkan kekurangan-kekurangan para sesembahan mereka yang memiliki kekurangan ditinjau dari segala segi dan tidak bisa memenuhi kebutuhan para penyembahnya sedikit pun.

Juga di antara metode menegakkan hujjah terhadap para ahli kitab yaitu dengan menjelaskan bahwa mereka memiliki pendahulu yang membangkang kepada para rasul mereka. Dengan demikian, penentangan yang dilakukan oleh ahli kitab terhadap Muhammad ﷺ bukan sesuatu yang aneh. Membantah pengakuan-pengakuan mereka yang bathil, rekomendasi mereka terhadap diri mereka dengan menjelaskan apa yang bertentangan dengan pengakuan mereka, seperti keadaan-keadaan mereka dan sifat-sifat mereka. Juga membantah mereka dengan menerangkan al-haq dan menjelaskan bukti-buktinya kepada mereka. Dan sungguh, kejujuran Nabi ﷺ dan kebenarannya itu sudah mampu mematahkan semua syubhat yang menentangnya:

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الْضَّلَـلُ

Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. (Qs Yûnus/10:32)

Dasar masalah ini banyak ditemukan dalam al-Qur’ân. Ini bermanfaat dalam mendakwahkan kebenaran dan membantah lawannya.

Metode lainnya adalah mendebat mereka agar menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. bahwas sangat tidak pantas memberikan makhluk yang memiliki kekurangan dari segala sudut pandang ini sebagian dari hak-hak Rabb, Pencipta, Yang Maha kaya dan Maha sempurna dari segala sisi.

Metode lainnya lagi adalah menantang mereka untuk mendatangkan kitab atau syari’at yang lebih bisa memberikan petunjuk atau lebih baik dari syari’at ini. Atau menantang mereka agar menandingi al-Qur’ân dengan mendatangkan yang serupa dengannya jika mereka memang benar. Allah عزوجل juga memerintahkan Nabi-Nya untuk mengadakan mubâhalah1 dengan orang yang sombong dan membangkang. Namun mereka mundur, karena mereka tahu bahwa (sebenarnya) Muhammad itu Rasulullah ﷺ yang tidak berbicara kecuali dengan wahyu. Jika mereka nekat menyambut ajakan Rasulullah ﷺ untuk mengadakan mubâhalah, maka tentu mereka akan binasa.

Singkat kata, semua metode yang bermanfaat dalam menjelaskan kebenaran dan membantah kebathilan telah dijelaskan dengan baik di dalam al-Qur’ân.

Di kutip dari kit utip dari kitab Al-Qawâidul Hisân wâidul Hisân hlm. 41-42, Syaikh Abdur aikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa‘di.

1 Mubâhalah ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat berdoa kepada Allah عزوجل dengan bersungguh-sungguh, agar Allahk menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Sebagaimana dalam firman Allahk, yang artinya: Barangsiapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubâhalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Qs Ali Imrân/3:61)

 

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!