KITAB Al-ATH’IMAH : Daging Ayam

oleh -1015 Dilihat
oleh
Daging Ayam

عن زَهْدمٍ الجَرْميِّ قال: كُنَّا عِنْدَ أَبِي مُوسَى فَدَعَا بمَائِدَتِهِ وَعَلَيْهَا لَحْمُ دَجَاجٍ، فَدَخَلَ رَجُلٌ مِن بَنِي تَيْمِ اللهِ، أَحْمَرُ شَبِيهٌ بالمَوَالِي، فَقالَ له: هَلُمَّ، فَتَلَكَّأَ، فَقالَ: هَلُمَّ، فإنِّي قدْ رَأَيْتُ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ يَأْكُلُ منه

Dari Zahdam bin Mudharrib Al Jarmi, ia berkata: “Kami bersama Abu Musa Al Asy’ari. Dia meminta dihadirkan hidangan. Di dalamnya, terdapat daging ayam. Kemudian ada seorang lelaki berkulit merah dari Bani Taimillah masuk, (wajahnya) mirip dengan wajah seorang budak. Dia (Abu Musa) menawarkan: “Kemarilah!”. Ternyata ia ragu-ragu. Beliau berkata lagi: “Kemarilah, aku pernah melihat Rasulullah memakannya (daging ayam)”. 10

PENJELASAN

Zahdam bin Mudharrib Al Jarmi Abu Muslim Al Bashri. Ia adalah seorang tabi’i tsiqah (terpercaya). Ibnul Mulaqqin mengatakan: “Lelaki mubham (yang tidak tersebutkan namanya) tidak kuketahui namanya, meski sudah dilakukan telaah mendalam”.

FIQHUL HADITS

  1. Halalnya daging ayam, jinak maupun ayam liar. Dan ini sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) kalangan ulama. Adapun pendapat yang menyatakan makruh kalau benar-benar ada (pendapat ini), maka tidak perlu diperhitungkan.
  2. Rujukan dalam masalah hukum adalah Rasulullah ﷺ .
  3. Diperbolehkan makan thayyibat (makanan yang baik lagi halal) dengan memakai maidah (nampan bagus) untuk makan. Dan ini tidak bertentangan dengan semangat zuhud. Justru, orang yang meninggalkan kehidupan mewah dengan dalih agama, maka ia tidak berada di atas al haq (kebenaran). Namun jangan sampai menjadi kebiasaan, sehingga akan terfitnah nantinya.
  4. Diperbolehkan mengundang tamu dan kawan untuk makan dalam maidah.

 

Footnote:

10) HR Bukhari, no. 3133; Muslim, no. 1649; Nasa’i (7/206); At Tirmidzi, no. 1826, 1827. (Hadits no. 8 dalam Kitab Al Ath’imah, hlm. 177).

MARAJI’

  1. ‘Umdatul Ahkami Min Kalami Khairi Al Anam, karya Imam Muhaddits Abu Abdillah Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al Maqdisi (541-600 H), Dar Thayyibah Al Khadhra`, Cet. I, Th. 1420-1999.
  2. Ihkamu Al Ahkam Syarhu ‘Umdatil Ahkam, karya Imam Al Hafizh Taqiyyuddin Ibnu Daqiq Al ‘Id (625-702 H), tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, Dar Al Jail, Cet. II tanpa tahun.
  3. Al I’lamu Bi Fawaidi ‘Umdatil Ahkam, karya Al Hafizh Abu Hafsh ‘Umar bin ‘Ali bin Ahmad Al Anshari Asy Syafi’i yang populer dengan sebutan Ibnul Mulaqqin (723-804 H), tahqiq ‘Abdul ‘Aziz bin Ahmad Al Musyaiqih, Pengantar Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan dan Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, Penerbit Darul ‘Ashimah, Riyad, Cet. I, Th. 1421 H.
  4. Taisiru Al ‘Allam Syarhu ‘Umdatul Ahkam, karya Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam, Maktabah Dar Al Faiha`, Maktabab As Salam, Cet. I, Th. 1414 H.

Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!