عَنْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ المُزَنِيُّ -رضي الله عنهُ- : أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ : [ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا ] رواه ابن ماجه وهو صحيح لغيره
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani رضي الله عنه, Rasűlullâh ﷺ bersabda: “Barangsiapa menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun”
(HR. Ibnu Mâjah no.209. Lihat Shahîh Sunan Ibnu Mâjah no. 173)
Penjelasan Hadist
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar bagi orang yang menghidupkan sunnah Nabi ﷺ , terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Oleh karena itu, Imam Ibnu Mâjah v mencantumkan hadits ini dalam kitab beliau, Sunan Ibn Mâjah (1/75), pada bab (keutamaan) orang yang menghidupkan sunnah Rasűlullâh ﷺ yang telah ditinggalkan (manusia).
Allâh سبحانه وتعالى memuji semua perbuatan Nabi ﷺ dan menamakannya sebagai teladan yang baik, dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasűlullâh itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (balasan kebaikan pada) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allâh (Qs al-Ahzâb/33:21)
Ketika menjelaskan makna ayat di atas, Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa’di رحمه الله berkata: “Teladan yang baik (pada diri Rasűlullâh ﷺ ) ini, hanya akan diikuti oleh orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allâh سبحانه وتعالى dan (balasan kebaikan) di hari Akhir. Karena (kesempurnaan) iman, ketakutan pada Allâh سبحانه وتعالى , serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan siksaan Allâh, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani (sunnah) Rasűlullâh ﷺ ”1.
Beliau menambahkan, ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasűlullâh ﷺ berarti dia telah menempuh ash-shirâthal mustaqîim (jalan yang lurus) yang akan membimbingnya untuk meraih kemuliaan dan rahmat Allâh سبحانه وتعالى 2 .
Pengertian “menghidupkan sunnah Nabi ﷺ“ adalah memahami petunjuk beliau ﷺ , mengamalkan dan menyebarkannya di kalangan manusia, serta mengajak orang lain untuk mengikutinya dan melarang dari menyelisihinya 3 .
Orang yang menghidupkan sunnah Rasűlullâh ﷺ akan mendapatkan dua keutamaan (pahala) sekaligus, yaitu keutamaan mengamalkan sunnah itu sendiri dan keutamaan menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang telah melupakannya. Tentang ini, Syaikh al- ’Utsaimîn حفظه الله berkata: “Sesungguhnya sunnah Rasűlullâh ﷺ jika semakin dilupakan, maka (keutamaan) mengamalkannya pun semakin kuat (besar), karena (orang yang mengamalkannya) akan mendapatkan keutamaan mengamalkan (sunnah itu sendiri) dan (keutamaan) menyebarkan (menghidupkan) sunnah dikalangan manusia”4 .
Imam al-Bukhâri رحمه الله berkata, “Orang Muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasűlullâh ﷺ yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah (Rasűlullâh ﷺ ), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia)”5 . Wallâhu a’lam.
Footnote:
1) Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 481
2) Ibid hlm. 481
3) Lihat Faidhul Qadîr (2/9) dan Syarhu Sunan Ibni Mâjah (hlm. 19)
4) Manâsikul Hajji wal ‘Umrah“, hlm. 92
5) Dikutip al-Khathîb al-Baghdadi dalam al-Jâmi’ li Akhlâqir Râwi (1/168)
EDISI KHUSUS (04-05) /THN. XIV/RAMADHAN-SYAWAL 1431H/AGUSTUS-SEPTEMBER 2010M