Nabi ﷺ Lemah Lembut Terhadap Orang Jahil

oleh -1664 Dilihat
oleh

Rasulullah ﷺ adalah sosok yang paling lembut kepada manusia. Beliau sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi dan latar belakang mereka. Bagaimana tidak, beliaulah yang telah memberitakan:

إنَّ الله يُحبّ الرِّفقَ في الأمر كله

Sesungguhnya Allah عزوجل menyukai sifat lemah – lembut dalam seluruh perkara.

(HR al Bukhari dan Muslim)

Kelembutan beliau ﷺ dapat dilihat dari ucapan dan perbuatan beliau, serta mengambil jalan yang paling mudah. Manusia pada prinsipnya cenderung menyukai sifat lembut, perkataan yang halus dan sikap yang ramah. Dan sebaliknya, antipati terhadap sikap yang keras dan kasar. Bukti kelembutan Nabi ﷺ dengan orang yang belum mengetahui hukum dapat dilihat pada hadits berikut ini.

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه , ia berkata:

Ketika kami berada di dalam masjid bersama Rasulullah, tiba-tiba datang seorang badui. Lalu, ia (badui itu, Red.) kencing di dalam masjid. Para sahabat Rasulullah ﷺ berseru: “Tahan! Tahan!” Kemudian Rasulullah ﷺ berkata: “Janganlah kalian ganggu. Biarkanlah dia,” maka para sahabat membiarkannya sampai ia selesai kencing. Selanjutnya, Rasulullah ﷺ memanggilnya seraya berkata:

إن هذه المساجد لا تصلح لشيء من هذا البول ولا القذَر، إنما هي لذكر الله عز وجل، والصلاة، وقراءة القرآن

 

Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak pantas dikenai sesuatu dari air kencing dan kotoran. Ia (dibangun) untuk dzikrullah, shalat dan membaca al Qur‘an.

(HR al Bukhari dan Muslim. Lafazh ini milik Muslim)

Hadits mulia ini memuat penjelasan perihal kelembutan Nabi ﷺ dan kecakapan cara pembinaan beliau terhadap orang badui tersebut yang belum mengetahui banyak tentang agama (masih jahil).

Dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Majah, terdapat keterangan, bahwa saking terkesannya, setelah paham agama, orang badui itu pun berkata: “Ayah dan ibuku jadi tebusan bagi beliau. Beliau tidak mencela, tidak mencaci-maki dan tidak memukul(ku)”.

Al Hafizh Ibnu Hajar menyimpulkan, dalam hadits ini (hadits Anas) terdapat pelajaran agar bersikap lembut terhadap orang jahil (yang belum mengetahui hukum agama) dan mengajarinya hal-hal yang harus diketahui tanpa disertai celaan terhadapnya, jika kesalahannya tidak muncul karena keras kepala. Apalagi, bila ia termasuk orang yang masih perlu pendekatan persuasif. Dalam hadits ini pula, termuat cermin kasih sayang Nabi ﷺ dan keluhuran akhlak beliau.(Fat-hul Bari (1/388).

Kutipan dari al Mu’allimul Awwal, karya Muhammad Fuad as-Salhub, Darul Qasim, Riyadh, Cetakan I, Tahun 1417H.

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!