وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Dan (Ingatlah) ketika ‘Îsâ Ibnu Maryam berkata, “Hai Banî Isrâîl, sesungguhnya aku adalah utusan Allâh kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurât, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad.’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS. as-Shaff /61: 6)
TAFSIR RINGKAS
“Dan (Ingatlah)” wahai Rasûlullâh ﷺ , “ketika ‘Îsâ Ibnu Maryam berkata, ‘ Hai Banî Isrâîl, Sesungguhnya aku adalah utusan Allâh kepada kalian.’.” Sebagaimana kalian beriman kepada Nabi Mûsâ, Hârûn, Dâwûd dan Sulaimân ‘alaihimussalâm, maka berimanlah kepadaku, bahwa aku adalah Rasûlullâh (utusan Allâh) kepada kalian. Sebagai buktinya, aku “membenarkan kitab (Allâh) sebelumku, yaitu Taurat,” yang mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allâh عزوجل semata. Kesamaan antara kita menunjukkan bahwa sumber syariat kita sama, yaitu berasal dari Allâh عزوجل .
Selain itu, aku juga “memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul (utusan Allâh) yang akan datang sesudahku.” Nabi ‘Îsâ عليه السلام seperti para nabi sebelum beliau, mereka ‘alaihimussalâm selalu membenarkan para nabi sebelumnya dan memberi kabar gembira (kepada umat-umat mereka) akan kedatangan nabi setelahnya. Nabi ‘Îsâ عليه السلام mengabarkan bahwa nama nabi tersebut adalah Ahmad, yaitu Nabi Muhammad ﷺ .
“Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka” yaitu Nabi Muhammad ﷺ “dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’.” Hal tersebut sama dengan apa yang dikatakan oleh Fir’aun kepada Nabi Mûsâ عليه السلام dan juga dikatakan oleh Banî Isrâîl terhadap Nabi ‘Îsâ عليه السلام . 1
PENJABARAN DAN TAFSIR AYAT
Siapakah Banî Isrâîl? Bolehkah menghina Israel?
Isrâîl ( إسْرَائِيْل ) adalah nama Nabi Ya’qûb bin Nabi Ishâq bin Nabi Ibrâhîm ‘alaihimussalam. Sedangkan Banî Isrâîl ( بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ ) maksudnya anak-keturunan dari Nabi Ya’qûb عليه السلام . Hal ini tidak diingkari oleh orang-orang Yahudi.
Kaum Zionis/Yahudi telah membuat suatu negara yang dinamai dengan ISRAEL. Sebagai orang Islam, tentu kita tidak senang dengan penamaan tersebut, karena itu salah satu bentuk penghinaan terhadap Nabi Isrâîl atau Nabi Ya’qûb عليه السلام . Negara Israel telah melakukan banyak hal yang membuat kaum Muslimin murka. Akan tetapi, dibalik kemurkaan tersebut sering sekali sebagian kaum Muslimin salah dalam berucap dengan mengatakan, “Terkutuk Israel! Hancurkan Israel!” atau dengan kata-kata yang semisal dengan itu.
Perkataan itu sudah sepantasnya tidak keluar dari lisan kita, karena menghina Israil sama dengan menghina Nabi Ya’qûb عليه السلام .
Jika ingin menghina negara tersebut, maka janganlah lepaskan kata ‘negara’ dari kata ‘Israel’. Atau lebih amannya kita ganti dengan nama yang betul-betul aman dari penghinaan terhadap Nabi Ya’qub عليه السلام , yaitu dengan mengatakan, “Negara Zionis atau negara Yahudi.” Wallâhu a’lam.
Apakah Nabi Ya’qub Bertemu Dengan Nabi Ibrâhîm عليه السلام ?
Nabi Ya’qub عليه السلام bertemu dengan Nabi Ibrâhîm عليه السلام . Inilah yang dikuatkan (di-râjih[1]kan) oleh Imam Ibnu katsîr رحمه الله dalam tafsirnya dengan dalil firman Allâh عزوجل :
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ
Dan Ibrâhîm telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qûb. (Ibrâhîm berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allâh telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam!’.” (QS. al-Baqarah/2:132)
Imam Ibnu Katsîr رحمه الله berkata, “Sebagian ulama Salaf (yang terdahulu) membaca يَعْقُوبُ ) ) dengan يَعْقُوبَ ) ) sebagai ‘athf dari بَنِيْهِ ) ) yang berarti anak-anaknya. Seolah-olah Nabi Ibrâhîm عليه السلام mewasiatkan kepada anak-anaknya dan juga cucunya, yaitu Ya’qûb bin Ishâq.” 2
Siapakah Nabi terakhir Banî Isrâîl?
Nabi ‘Îsâ bin Maryam عليه السلام adalah nabi terakhir Banî Isrâîl.3 Akan tetapi, kenabian Nabi ‘Îsâ عليه السلام tidak diakui oleh sebagian Banî Isrâîl atau orang-orang Yahudi.
Pengabaran Akan Datangnya Nabi Ahmad ﷺ Oleh Nabi Ibrahim عليه السلام Dan Nabi ‘Îsâ عليه السلام
Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allâh عزوجل diikat dengan perjanjian oleh Allâh عزوجل untuk mengabarkan tentang akan diutusnya Rasûlullâh Muhammad ﷺ . Apabila beliau ﷺ diutus, maka mereka harus mengikutinya, mendukung dan berjuang untuknya. Allâh عزوجل berfirman:
وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ ۗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا ۗ قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Allâh mengambil perjanjian dari para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’. Allâh berfi rman: ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab: “Kami mengakuinya”. Allâh berfi rman: “Kalau begitu, saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.’.” (QS. Âli ‘Imrân/3: 81)
Sahabat Ibnu ‘Abbâs c berkata, “Tidaklah Allâh عزوجل mengutus seorang nabi kecuali Allâh membuat perjanjian kepadanya, apabila dia (Nabi Muhammad) diutus, sedang nabi tersebut hidup, maka dia akan mengikutinya. Dan Allâh عزوجل memerintahkan agar dia memerintahkan kepada umatnya, apabila Muhammad diutus sedangkan mereka hidup, maka mereka harus mengikutinya dan menolongnya.”4
Nabi Ibrâhîm عليه السلام berdoa berharap agar nabi tersebut diutus di tengah kaum yang berada di sekitar Ka’bah setelah beliau عليه السلام dan Nabi Ismâ’îl عليه السلام membangun Ka’bah. Doa tersebut tercantum dalam al-Qur`ân:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ
Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`an) dan al-Hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Kuasa lagi Maha Bij aksana (QS. Al-Baqarah/2:129)
Begitu pula Nabi ‘Îsâ bin Maryam عليه السلام , beliau mengabarkan tentang akan datangnya nabi setelahnya yaitu Nabi Ahmad عليه السلام sebagaimana tercantum pada ayat di atas.
Di dalam hadîts, Nabi Muhammad ﷺ pernah ditanya oleh Abu Umâmah رضي الله عنه , “Wahai Nabi Allâh! Apa permulaan kenabianmu?” Rasûlullâh ﷺ pun menjawab:
دَعْوَةُ أَبِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَبُشْرَى عِيْسَى، وَرَأَتْ أُمِّي أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْهَا نُوْرٌ أَضَاءَتْ مِنْهُ قُصُوْرُ الشَّامِ
Doa bapakku Ibrâhîm, kabar gembira dari ‘Îsâ dan ibuku melihat cahaya yang keluar dari dirinya yang menerangi istana-istana Syam 5
Kabar tentang akan datangnya Nabi Muhammad ﷺ juga tercantum dalam Taurat dan Injil. Allâh عزوجل mengabarkan dalam al-Qur`ân :
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ
Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allâh dan ke-ridha-an-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. al-Fath/48:29)
Mengapa Orang-Orang Yahudi dan Nasrani Mengingkari Pernyataan Di Atas?
Allâh عزوجل menyematkan sifat pada orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai kaum yang suka merubah kitab suci mereka. Jadi, merupakan suatu yang wajar jika mereka menyembunyikan hal ini, padahal mereka semua meyakini kebenaran hal tersebut. Allâh عزوجل berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (QS. al-Baqarah/2:146)
Ahmad adalah Salah Satu Nama Nabi Muhammad ﷺ
Rasûlullâh ﷺ mengabarkan bahwa beliau memiliki banyak nama. Di antara nama beliau adalah Ahmad, sebagaimana tercantum pada hadits berikut:
لِيْ خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِيْ يَمْحُو اللَّهُ بِي الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ
Saya memiliki lima nama: Saya adalah Muhammad dan Ahmad, saya adalah Al-Mâhi yang denganku Allâh menghapuskan kekufuran, saya adalah al-Hâsyir yang manusia nanti dikumpulkan di hadapanku dan saya adalah al-‘Âqib (yang terakhir) 6
Arti dari Nama ‘Ahmad أحمد
Ahmad berasal dari kata ‘hamd’ yang berarti pujian. Di dalam bahasa Arab, ‘Ahmad’ memiliki tiga arti:
1 . Menunjukkan makna paling/yang ter- (Shîghah al-Mubâlaghah, superlative) untuk kata ‘hâmid’ (orang yang memuji). Jadi Rasûlullâh ﷺ adalah orang yang paling banyak memuji Allâh عزوجل .
Rasûlullâh ﷺ bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ، وَبِيَدِي لِوَاءُ الحَمْدِ وَلاَ فَخْر
Saya adalah pemimpin anak Adam di hari kiamat dan aku tidak sombong. Di tanganku ada bendera puji-pujian dan aku tidak sombong 7
- Menunjukkan makna paling/yang ter- untuk kata ‘mahmûd’ (orang yang dipuji). Jadi, Rasûlullâh ﷺ adalah orang yang paling banyak dipuji oleh semua makhluk. Bahkan, Allâh عزوجل sendiri memuji beliau dalam al-Qur`ân dengan sifat-sifat mulia dan dalam al-Qur`ân, Allâh عزوجل tidak pernah memanggilnya dengan namanya langsung, akan tetapi dengan mengatakan,) يا أَيُّهَا النَّبِيِ) dan) يا أَيُّهَا الرُّسُول ( berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya, mereka dipanggil dengan namanya secara langsung.
- Menunjukkan simbol dari kata ‘Muhammadمُحَمَّد .‘(Arti dari Muhammad adalah orang yang banyak dipuji dan di dalam bahasa Arab dapat disimbolkan dengan kata ‘Ahmad’.8
Tidak Ada Nabi Setelah Nabi Ahmad ﷺ
Sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Ahmad ﷺ atau Nabi Muhammad ﷺ adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allâh عزوجل dan tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ . Di antara dalil tersebut adalah sebagai berikut:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ࣖ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasûlullâh (utusan Allâh) dan penutup nabi-nabi. Dan Allâh Maha mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Ahzâb/33:40)
Dalam hadits, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
كَانَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ
Dulu Banî Isrâîl dipimpin oleh para nabi. Jika ada nabi yang wafat, maka akan digantikan oleh seorang nabi. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelahku. 9
Kedua dalil di atas sangat jelas menunjukkan bahwa tiada nabi setelah Nabi Muhammad n. Oleh karena itu, siapa saja yang mengaku bahwa dia adalah seorang nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ , maka sesungguhnya dia adalah kadzdzâb (pendusta). Pemberitahuan Nabi ﷺ Bahwa Akan Muncul Nabi-Nabi Palsu Nabi ﷺ sudah mengabarkan bahwa sepeninggalnya akan muncul orang-orang yang mengaku sebagai nabi. Rasûlullâh ﷺ bersabda:
…. وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِيْ أُمَّتِيْ ثَلَاثُوْنَ كَذَّابُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لَا نَبِيَّ بَعْدِيْ
Sesungguhnya di dalam umatku akan ada tiga puluh pendusta. Semuanya mengaku nabi, sedangkan saya adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku 10
Setelah membaca dalil di atas, maka tidak ada alasan untuk membenarkan ajaran-ajaran nabi-nabi palsu yang baru seperti: Mirza Ghulam Ahmad, Ahmad Mushaddiq, Lia Eden dan sejenisnya. Mereka bukanlah kaum Muslimin dan jangan ragu untuk mengatakan bahwa mereka bukan beragama Islam.
Pengingkaran Banî Isrâîl Atas Apa Yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad ﷺ
Di akhir ayat, Allâh عزوجل berfirman:
فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.”
Inilah tuduhan yang dituduhkan kepada Nabi Muhammad ﷺ . Orang-orang kafir menuduh beliau ﷺ sebagai penyihir karena beliau membawa mukjizat yang tidak masuk akal. Sebagian Ulama mengatakan yang dimaksud dengan ‘rasul’ pada ayat di atas adalah Nabi ‘Îsâ عليه السلام . Karena Banî Isrâîl juga mengatakan bahwa beliau عليه السلام adalah penyihir. Allâhu a’lam, Tidak ada pertentangan dari keduanya. [ ]
Daftar Pustaka
- Al-Qur’ân dan Terjemahannya. Madînah: Kompleks Percetakan Mushhaf Raja Fahd.
- Adhwâul-Bayân fi Îdhâhil-Qur’ân bil-Qur’ân. Muhammad Al-Amîn Asy-Syinqîthi. 1415 H/1995 M. Libanon: Dârul-Fikr.
- Aisarut-Tafâsîr li Kalâm ‘Aliyil-Kabîr. Jâbir bin Musa al-Jazâiri. Al-Madinah: Maktabah Al- ‘Ulûm wal-hikam
- At-Tahrîr wa At-Tanwîr. Muhammad ath-Thâhir bin ‘Âsyûr. 1997. Tunisia: Dar Sahnûn.
- Ma’âlimut-Tanzîl. Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ûd Al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyâdh:Dâr Ath-Thaibah.
- Tafsîr al-Qur’ân Al-’Azhîm. Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsîr. 1420 H/1999 M. Riyâdh: Dâr Ath-Thaibah.
- Taisîr al-Karîm ar-Rahmân. ‘Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa’di. Beirut: Muassasah Ar-Risâlah.
- Dan sumber-sumber lain yang sebagian besar sudah tercantum di foote notes.
Footnotes:
1 Tafsîr as-Sa’di hlm. 859 dan Aisarut-Tafâsîr pada tafsir ayat ini.
2 Tafsir Ibni Katsîr I/446
3 Lihat Tafsir Ibnu Katsîr VIII/109
4 Tafsir Ibni Katsîr VIII/110
5 HR. Ahmad no. 22261, al-Hâkim no 4173, Ibnu Hibbân no. 6404 dan yang lainnya. Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengatakan, “Hadits ini shahîh lighairih” pada catatan kaki Musnad Ahmad dan Shahih Ibni Hibbân.
6 HR. al-Bukhâri no. 3532 dan Muslim no. 6251
7 HR. at-Tirmidzi no. 3148. Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi
8 Lihat penjelasan di atas dalam Ma’âlimut-Tanzîl VÎI/108-109 dan at-Tahrîr wa at-Tanwîr XXVIII/163-165
9 HR. al-Bukhâri no. 3455 dan Muslim no. 4879
10 HR At-Tirmîdzi no. 2219. Imam at-Tirmidzi رحمه الله berkata, “Hadîts ini shahîh.”Hadîts ini di-shahîh-kan juga oleh Syaikh al-Albâni رحمه الله dalam Shahîh Sunan at-Tirmîdzi.
EDISI 04-05/THN XV/RAMADHAN-SYAWAL 1432H/AGUSTUS-SEPTEMBER 2011M