JAWAB:
Sebagian orang tidak mau menggunakan kata Salafiyah atau Salafi. Sebagian mereka terkadang menyangka bahwa salafiyah adalah perkembangan baru dari jamâ’ah islamiyah yang baru yang melepaskan diri dari lingkup jamâ’ah islam dengan membuat ciri-ciri khusus atau dengan menetapkan pedoman khusus yang mengakibatkan salafiyah berbeda dengan kaum alafiyah berbeda dengan kaum Muslimin lainnya dalam masalah hukum, kecenderungan bahkan dalam tabiat dan norma-norma etika (akhlak).
Di antara mereka adalah Prof. Dr. Muhammad Said Ramadhan al Buthi dalam kitabnya Assalafiyah Marh alatun Zamaniyatun Mubarokatun La Madzhib Islamiyatun. Kitab ini telah dikritisi dan dicermati oleh Syaikh Salîm bin al-Ied al-Hilali dalam kitab Limâdza Ikhtartu al-manhaj as-Salafi . Dalam kitab ini, Syaikh Salim hafizhahullah memberikan point-point penting isi kitab tersebut dalam hal-hal berikut:
- Al-Buthi berusaha mencela as-salaf dalam manhaj talaqi (metodologi pengambilan ilmu) mereka, pengambilan dalil (istidlâl) dan penetapan hukum (istimbath). Dengan demikian, al-Buthi telah menganggap mereka seperti orang-orang ummi yang tidak mengerti al-Qur’an kecuali hanya dengan angan-angan.
- Dia telah menganggap dan menyimpulkan bahwa manhajus salaf (assalafiyah) itu adalah itu adalah satu fase sejarah yang telah lalu dan hilang dan tidak akan akan kembali kecuali hanya semacam kenangan dan angan-angan
- Mengklaim bahwa. intisâb (penisbatan diri) kepada Salaf sebagai sebuah kebid’ahan. Ini berarti , dia telah mengingkari sesuatu yang sudah dikenal dan tersebar sepanjang zaman secara turun temurun.
- Dalam pembahasan manhaj Salaf, dia mengajak pembaca berputar-putar sehingga bingung. Ini sengaja dilakukan dalam rangka membenarkan madzhab khalaf. Akhirnya, dia menetapkan bahwa manhaj khalaf adalah penjaga dari kesesatan hawa nafsu. Dengan ini, dia menyembunyikan kenyataan- kenyataan sejarah yang membuktikan bahwa manhaj khalaf telah menyebabkan kerusakan pribadi muslim dan pelecehan manhaj Islam.
Padahal tidaklah demikian, karena salafiyah adalah Islam yang murni (bersih) secara sempurna dan menyeluruh, meliputi al-Qur’an maupun sunnah sesuai dengan pemahaman assalafusshalih, yang bersih dari pengaruh peradaban lama dan warisan kelompok-kelompok sesat yang beraneka ragam.
Orang yang menyatakan bahwa intisâb(menisbatkan diri) kepada salaf itu (seperti Fulan as-salafi ) adalah perbuatan bid’ah berarti dia tidak mengetahui sejarah kata ini. Karena kata as-salafi ini bersambung dengan Salafus shâlih baik secara makna, unsur pembentuk kata dan periodisasi. Para Ulama terdahulu telah menggelari setiap orang yang mengikuti pemahaman para Sahabat dalam akidah dan manhaj dengan gelar salafi . Seperti ahli sejarah Islam, Imâm adz Dzahabi رحمه الله dalam Siyar ‘Alâmin Nubala 16/457, beliau menukil perkataan ad Dâruquthni رحمه الله (seorang seorang Ulama yang hidup pada abad ke-4 Hijriyah), “Tidak ada sesuatu yang paling aku benci melebihi ilmu kalam.” Kemudian adz-Dzahabi رحمه الله berkata, “Dia tidak masuk sama sekali ke dalam ilmu kalam dan jidal (ilmu debat) dan tidak pula mendalaminya, bahkan dia adalah seorang salafi.”
Untuk memahami permasalahan ini secara lebih rinci, saudara bisa membaca dan menelaah terjemahan kitab Limâdza Ikhtartu al-manhaj salafi dengan judul Mengapa Memilih Manhaj Salaf, terbitan Pustaka Imam Bukhari, Solo.
EDISI 09/THN. XIV/SHAFAR 1432H/JANUARI 2011M