SIKAP ATAS PENERBITAN KARIKATUR NABI ﷺ

oleh -980 Dilihat
oleh
SIKAP ATAS PENERBITAN KARIKATUR NABI ﷺ

Sebagaimana ramai diekspos oleh media massa pada beberapa waktu lalu, yaitu munculnya karikatur Nabi Muhammad ﷺ yang di antaranya dilukiskan bersurban bom. Saat itu banyak pula tanggapan menyikapi pemuatan gambar yang penuh tendensi penghinaan atas diri Nabi ﷺ dan Islam. Saat maraknya berbagai tuntutan atas karikatur tersebut, alhamdulillah, salafiyin di Indonesia sedang kedatangan sejumlah masyayikh Yordania, untuk menyampaikan muhadharah di beberapa kota besar di Indonesia.

Berikut ini kami angkat penjelasan Syaikh Dr. Muhammad bin Musa alu an Nashr – hafizhahulllah- pada sesi tanya jawab, saat menyampaikan muhadharah di Masjid al Karim, Pabelan, Sukoharjo, Surakarta, Ahad, 19 Februari 2006.

Meski permasalahan ini telah berlalu, namun kami menganggap perlu menyampaikan kepada Pembaca, sebab secara substansi, persoalan sejenis ini, setiap saat bisa mengemuka. Maka dengan menelaah pandangan ulama, insya Allah kita terbimbing. (Redaksi).


Syaikh Dr. Muhammad bin Musa alu an Nashr ditanya : Berkaitan dengan pelecehan terhadap umat Islam (berupa gambar karikatur Nabi Muhammad ﷺ) yang terjadi di Denmark, apa sikap kita sebagai kaum Muslimin terhadap hal ini? Apakah kita boleh berdemonstrasi dan memboikot produk-produk Denmark?

Syaikh Dr. Muhammad bin Musa alu an Nashr menjawab :

Apa yang telah terjadi di Denmark, (yaitu) berupa olok-olok dan pelecehan terhadap Nabi Muhammad ﷺ , menggambarkannya dengan sesuatu yang tidak layak dengan kedudukan nabi siapapun, terlebih lagi Nabi Muhammad ﷺ. Tidak diragukan lagi, hal ini menunjukkan sikap emosional mereka (orang-orang kafir) terhadap Islam, mencerminkan kebencian yang tersembunyi di dalam dada-dada mereka.

Mereka tidak hanya ingin memerangi sebagian kaum Muslimin yang ghuluw (keras dan berlebih-lebihan), yang memiliki sifat mudah mengkafirkan, akan tetapi, sesungguhnya yang ingin mereka perangi dan musnahkan adalah Islam itu sendiri, tidak lain lagi!

Bukti yang menunjukkan hal itu ialah, mereka telah menentang al Qur‘an. Bahkan mereka mengancam akan membakar al Qur‘an di tengah-tengah publik. Dan akhirnya, merekapun menggambar karikatur Nabi Muhammad ﷺ dengan sangat buruk. Kemudian diikuti negara-negara lainnya -karena memang mereka sama-sama kafir-, diikuti pula oleh media cetak (koran-koran) Norwegia, Perancis, Jerman, Spanyol dan Italia. Bahkan ada seorang dari mereka yang pergi menemui Paus dan memprovokasinya untuk mengulangi kembali perang salib (melawan kaum Muslimin).

Ini menunjukkan secara jelas semangat salibisme yang tertanam kuat di dalam jiwa mereka, untuk senantiasa membenci dan memerangi Islam dan Nabi (umat) Islam. Kita tidak perlu merasa heran dan aneh terhadap ulah mereka.

Namun yang sangat kita sesalkan, ternyata karikatur Nabi Muhammad ﷺ didapati juga di sebagian koran-koran di negara-negara Islam. Bahkan ada di salah satu koran negara Arab, menggambarkan Nabi Muhammad ﷺ berupa seekor ayam jantan yang dikelilingi oleh sembilan ayam betina, seraya mereka berkata : “Inilah Tuan Muhammad yang memiliki sembilan istri”. Mereka melecehkan dan memperolok-olok Nabi Muhammad ﷺ . Ini terjadi di negara Arab!

Jadi, inilah problemnya. Pelecehan agama semacam ini harus disikapi dengan tegas, kuat dan keras. Orang-orang yang melecehkan dan mengolok-olok agama Islam, Nabi Muhammad ﷺ dan al Qur‘an harus disikapi seperti ini. Karena semua ini sangat terjaga dihormati dalam Islam. Agama Islam adalah agama yang tidak boleh diperolok-olokkan dan dipermainkan. Seseorang tidak boleh (melecehkan dan memperolok-olok agama Islam, Pent) dengan dalih kebebasan berpikir dan berpendapat. Lalu kemudian ia bebas berkata : “Saya bebas beropini dan berpandangan, saya bebas berbicara tentang Dzat Allah, al Quran dan Nabi Muhammad  ﷺ  , karena ini hak saya dalam kebebasan berpikir”.

Sementara jika orang-orang Yahudi membantai dan membunuh kaum Muslimin, mereka hanya terdiam saja dan tidak berbicara sedikitpun tentang kebebasan beropini dan berpikir. Karena (mereka sama dengan Yahudi dalam hal memerangi dan membenci Islam dan kaum Muslimin, dan karena) orang-orang Yahudi (di mata mereka) memiliki hak-hak yang begitu tinggi, dan kehormatan mereka terlindungi begitu kuat.

Sedangkan kaum Muslimin, karena kelemahan mereka, karena negara-negara besar (yang kafir, Pent) mengepung dan menjajah kaum Muslimin dari segala penjuru dan dalam segala sisi kehidupan, dan karena berpecah-belahnya kaum Muslimin, serta jauhnya mereka dari ajaran agama Islam yang benar, (sehingga) mereka orang-orang bodoh dan dungu itu, menjadi berani kepada kaum Muslimin. Maka, kewajiban kaum Muslimin adalah bersatu membela Rasulullah , bersatu membela Kitabullah. Selama Rabb mereka satu, nabi mereka satu, al Qur‘an mereka satu, kiblat mereka satu, selama mereka semua berkata la ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuluullah, maka wajib bagi kaum Muslimin untuk bersatu di dunia ini. Wajib memiliki sikap yang satu. (Yaitu) memboikot negara-negara kafir tersebut, dan kita sudah mengetahui keampuhan senjata pemboikotan ini. Dan hendaknya para ulama menganjurkan para pemimpin negara-negara Islam, tokoh-tokoh Islam, dan para bisnisman muslim, serta para cendekiawan muslim, dan para anggota parlemen muslim agar mengambil sikap tegas, membuat pernyataan pemboikotan, mencabut para duta besar, dan menampakkan kemarahan kaum Muslimin terhadap mereka atas pelecehan ini. Juga mengirimkan pengaduan-pengaduan kepada kedutaan-kedutaan mereka (yang ada di negara-negara Islam, Pent) namun ini tanpa diiringi dengan pengerahan massa, tanpa aksi-aksi perusakan gereja-gereja, karena ini perbuatan tidak bermoral dan terlarang. Juga sebagaimana telah kami jelaskan, bahwa kedutaan-kedutaan ini adalah musta’man. Mereka (orang yang mendapat perlindungan keamanan) masuk ke dalam negara-negara Islam dengan ijin kepala negara tersebut, sehingga tidak boleh dilanggar hak-haknya, (misalkan) dengan cara memerangi dan memberantas atau merusak kedutaan-kedutaan, restoran-restoran mereka, atase-atase mereka, gereja-gereja. Ini semua dilarang dalam Islam.

Bahkan saya (Syaikh Dr. Muhammad bin Musa, Pent) tidak berpandangan bolehnya membakar bendera mereka. Kita (bisa saja) membakar bendera mereka yang bergambar salib, namun (nanti) mereka akan membakar bendera yang tertuliskan la ilaha illallah Muhammad Rasulullah, atau akan menginjak-injaknya dengan kaki-kaki mereka, sedangkan Allah سبحانه وتعالى berfirman:

﴿وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ﴾

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS al An’am : 108).

 Jadi, hal itu tidak boleh. Karena menolak kerusakan lebih diutamakan dari mengambil kemaslahatan.

Ya, (kita) boleh mengajukan pengaduan-pengaduan kepada kedutaan-kedutaan mereka, mengajukan (ancaman-ancaman) pemboikotan, pemutusan hubungan antar negara, memperketat peredaran media-media massa mereka. Kita terjemahkan sejarah hidup Nabi Muhammad ﷺ yang benar ke dalam bahasa mereka. Kita meminta mereka agar segera mengumumkan permohonan maaf secara resmi dan terang-terangan kepada kaum Muslimin. Kita juga meminta mereka agar kaum Muslimin diberi kebebasan berbicara dalam menjelaskan dan memperkenalkan hakikat agama Islam yang sesungguhnya. Dan masih banyak lagi cara-cara bagi kaum Muslimin dalam rangka membela Islam dan membela Rasulullah ﷺ.

Tapi, seperti yang tadi saya katakan, sesungguhnya hal yang membuat mereka berani melakukan semua ini adalah kelemahan kita, jauhnya kita dari agama, dan berpecah-belahnya kita. Dan -amat disayangkan- kita tidak memiliki sikap tegas (dalam masalah ini).

Sebagai permisalan, seekor gajah betapapun besarnya, namun jika ia dikepung oleh sekawanan singa, ia akan berhasil dijatuhkan. Sedangkan satu ekor singa tidak mungkin melakukan itu. Jadi, betapapun besarnya gajah, ia akan tetap takut dan mundur jika menghadapi sekawanan singa. Namun, jika gajah itu berkumpul pula bersama gajah-gajah yang lainnya, pastilah kelompok gajah tersebut akan membuat sekawanan singa kabur, atau bahkan sekelompok gajah tersebut mampu membunuh sekawanan singa itu.

Begitulah kenyataannya! Umat Islam (banyak jumlahnya), lima puluh empat negara. Tapi mereka berpecah-belah, bercerai-berai. Seharusnya, mereka bersatu dan berdiri di atas kalimat dan prinsip yang sama.

(Lihatlah!) Eropa sekarang seakan bersatu, bersatu melawan siapa? Melawan Islam! Inilah masa depan yang mereka prediksikan. Permulaannya telah muncul jelas dari perbuatan mereka sekarang. Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan semangat salibisme dan permusuhan mereka (terhadap Islam dan kaum Muslimin). Maka, wajib bagi kaum Muslimin untuk bersatu.

Kaum Muslimin memiliki banyak potensi dan sumberdaya. Kaum Muslimin memiliki minyak bumi, pelabuhan-pelabuhan strategis di dunia, perekonomian, simpanan kekayaan di bank-bank negara-negara barat, perdagangan ekspor-impor. Semua ini adalah senjata-senjata ampuh yang wajib digunakan oleh kaum Muslimin. Namun, senjata yang paling ampuh dan terbesar untuk mengalahkan orang-orang kafir yang melecehkan agama kita, yaitu kita kembali kepada ajaran agama kita, berhukum dengan syariat nabi kita di dalam masyarakat kita. Inilah kekuatan terbesar!

Kita praktekkan aturan-aturan Nabi Muhammad ﷺ  . Kita terapkan hukum-hukumnya. Kita kembali kepada Islam, kepada al Qur‘an. Kita realisasikan syariat Allah. Dan hendaknya, para da’i dan ulama berpura-pura lupa, -saya tidak mengatakan melupakan, akan tetapi berpura-pura lupa- dengan segala perselisihan1 yang ada. Hendaknya mereka bersatu di atas satu kalimat dan prinsip. Hendaknya mereka memiliki satu sikap mulia, yang dengannya bersatu dalam memenangkan agama ini, membela Nabi, dan al-Qur‘an. Inilah jawaban saya terhadap pertanyaan tersebut.

1) Perselisihan yang beliau (Asy Syaikh Dr. Muhammad bin Musa Alu an Nashr) maksud di sini tentunya adalah perselisihan yang dibolehkan, seperti masalah furu’ (cabang/fikih), dan bukan perselisihan masalah aqidah atau manhaj. (Pent)

Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun X/1427H/2006M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!