Buah Manis Keimanan

oleh -1829 Dilihat
oleh
Buah Manis Keimanan

Syaikh Prof Dr Ibrahim Ar Ruhaily حفظه الله  I 24 Jumadil Akhir 1445 H

 

Iman seperti yang dijelaskan para ulama salaf adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amalan-amalan lahir.

Hakekatnya Iman terdiri dari 3 perkara diatas, dan dari ketiga pokok perkara diatas, maka akan lahir cabang-cabang Iman seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut.

Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

Hadist diatas menunjukkan dengan jelas cabang-cabang Iman, dan kesemuanya ini berdasarkan dari dalil-dalil, yang juga mencakup rukun Iman yang 6, Dan juga mencakup rukun islam yang 5, termasuk juga amalan-amalan yang wajib dan Sunnah.

Cabang-cabang Iman tidaklah selevel karena memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda. Yang tertinggi adalah kalimat tauhid, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Cabang-cabang Iman ini bisa klasifikasikan menjadi 2 level yaitu yang wajib dan yang Sunnah. Contohnya tauhid adalah cabang Iman yang wajib, termasuk juga amalan-amalan dalam rukun islam Dan rukun Iman. Sedangkan seperti menyingkirkan gangguan termasuk ke dalam cabang Iman yang Sunnah, termasuk diantaranya amalan-amalan ibadah yang Sunnah lainnya.

Iman memiliki Kesempurnaan, Kesempurnaan Iman ada yang wajib dan ada yang Sunnah.

Yang wajib bisa kita wujudkan dengan mengerjakan cabang-cabang Iman yang sifatnya wajib, demikian pula Kesempurnaan Iman yang Sunnah dapat diwujidkan dengan mengerjakan cabang-cabang Iman yang Sunnah.

Berdasarkan praktek kaum muslimin di dalam kehidupan maka cabang-cabang Iman ini kadang menguat Dan terkadang melemah. Hal ini bisa terjadi jika seorang mukmin suka mengerjakan cabang-cabang Iman maka imannya akan bertambah/menguat ataupun jika sering meninggalkan cabang-cabang iman maka imannya akan berkurang/melemah.

Sehingga jika seorang mukmin menjaga dan mengerjakan cabang-cabang Keimanan maka akan melahirkan buah-buah yang Manis.

Beberapa contoh buah dari Keimanan setelah seorang mukmin merealisasikan cabang-cabang Iman di dalam hidupnya, yaitu diantaranya adalah

  1.  Lahirnya buah Manis Keimanan, kelezatan Iman yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Hal ini bisa terjadi jika seorang mukmin ridho bahwa Islam adalah agamanya, Allah Ta’ala adalah Tuhannya Dan Rosulullah Muhammad solallahu alaihi wassalam sebagai RosulNya, serta mengagungkan ketiga hal tersebut.

Dan juga didukung oleh hadist Rosulullah berikut yang jika ada 3 perkara dalam diri seseorang maka akan mendapatkan lezatnya Iman.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.”

– Mencintai Allah Dan RosulNya lebih dari apapun adalah wajib bagi setiap mukmin.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Hisyam –radhiyallahu ’anhu- berkata: Dulu kami bersama Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab –radiyallahu ’anhu-. Lalu Umar –radhiyallahu ’anhu- berkata: ”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata:”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya! Sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian Umar berkata: ”Sekarang, demi Allah! Sungguh, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata:”Saat ini juga, wahai Umar (kamu telah mengetahuinya).”

– Mencintai seseorang karena Allah.

Bukanlah Mencintai karena kedudukan, jabatan, ataupun manfaat Dunia lainnya, melainkan Mencintai karena Allah semata

– Membenci kembali kekufuran

Sehingga jika disuruh memilih dilemparkan ke dalam api atau kembali kepada kekufuran maka akan dengan tegas menjawab dilemparkan ke dalam api saja daripada kembali kepada kekufuran

Jika seorang mukmin bisa mewujudkan 3 perkara ini (cinta, cinta dan benci) maka ins sya Allah dia akan bisa merasakan lezatnya Iman.

Para salafussholeh terdahulu sudah mempraktekkan bagaimana mereka mewujudkan cabang-cabang Iman maka mereka pun merasakan lezatnya iman, bahkan ada yang sedang diuji dengan musibah namun dia masih bisa tersenyum karena imannya.

  1.  Mendapatkan hidayah atau petunjuk

Allah berfirman Allah memberikan hidayah kepada jalan yang lurus kepada orang yang beriman

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

كَا نَ النَّا سُ اُمَّةً وَّا حِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَ نْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِا لْحَـقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّا سِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَـقِّ بِاِ ذْنِهٖ ۗ وَا للّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ اِلٰى صِرَا طٍ مُّسْتَقِيْمٍ

“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 213)

Hidayah ada 2 macam :

Hidayah irsyad wa dalalah, maksudnya adalah hidayah berupa memberi petunjuk pada orang lain.

Hidayah Irsyad wa dalalah, bisa disematkan pada manusia. Contohnya pada firman Allah,

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura: 52). Memberi petunjuk yang dimaksud di sini adalah memberi petunjuk berupa penjelasan. Ini bisa dilakukan oleh Nabi dan yang lainnya.

Hidayah taufik, maksudnya adalah hidayah untuk membuat seseorang itu taat pada Allah.

Hidayah taufik, yaitu hidayah supaya bisa beramal dan taat tidak dimiliki kecuali hanya Allah saja. Seperti dalam firman Allah Ta’ala,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (ilham dan taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai.” (QS. Al-Qasshash: 56)

Allah Ta’ala berfirman bahwa Sungguh orang yang beriman dan beramal sholeh maka Allah akan memberikan hidayah kepada mereka dengan sebab Iman mereka

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

  1.  Mendapatkan cinta dari Allah Ta'ala

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَّأْتِهٖ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصّٰلِحٰتِ فَاُ ولٰٓئِكَ لَهُمُ الدَّرَجٰتُ الْعُلٰى

“Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),” (QS. Ta-Ha 20: Ayat 75)

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang yang beriman akan mendapatkan cinta dengan derajat yang tinggi. Dan ini hakekatnya adalah cita2 semua hamba.

Ibnu katsir berkata yang paling penting adalah apakah Allah mencintai kita atau tidak. Dan bukanlah yang menjadi tolak ukur adalah seorang hamba mencintai Allah atau tidak, melainkan apakah Allah mencintai hamba atau tidak.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْـنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَا فُوْنَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 54)

  1.  Menjadi Wali Allah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّا غُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

“Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 257)

Yahudi mengklaim bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih, maka ayat ini sebagai jawaban bahwa wali Allah adalah orang yang beriman.

Allah berfirman bahwa Sungguh Wali Allah tidak memiliki rasa takut dan tidak bersedih hati, mereka adalah orang yang beriman dan bertakwa.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَ لَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Yunus 10: Ayat 62)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَا نُوْا يَتَّقُوْنَ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS. Yunus 10: Ayat 63)

Wali Allah adalah orang yang beriman Dan bertakwa. Lalu Apa keuntungan menjadi wali Allah

– tidak akan takut dan sedih, dia akan mendapatkan keuntungan di dunia dan akherat, tidak akan ada yang bisa mengganggunya.

Seperti dalam Hadist qudsi barangsiapa yang memusuhi wali Allah maka Allah akan memeranginya.

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللهُ  عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ  تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’”

  1.  Mendapatkan cinta dari hamba yang lain

Allah berfirman bahwa Dan kaum mukminin Dan mukminat saling mencintai karena Allah.

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menjadikan walâyah (kedekatan dan kecintaan) di antara kaum Mukminin. Oleh karena itu, seorang Mukmin harus mencintai saudaranya sesama Mukmin dengan tulus dari dalam hatinya. Karena hati-hati mereka sama-sama mencintai Allâh, mencintai Rasul-Nya, dan tunduk pasrah kepada-Nya dengan mengikuti agama Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi wali (penolong) bagi sebagian yang lain. [at-Taubah/9:71]

  1.  Para malaikat beristighfar untuk orang-orang yang beriman

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهٗ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا  ۚ رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا فَا غْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَا بُوْا وَا تَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَا بَ الْجَحِيْمِ

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka. (QS. Ghafir 40: Ayat 7)

Jika pada orang2 sholeh saja kita sering meminta di doakan, maka bagaimana jika para malaikat yang mendoakan kita tanpa kita minta, yang mana malaikat adalah makhluk yang agung, yang dekat dengan Allah.

Allah Ta’ala juga berfirman

وَا لَّذِيْنَ جَآءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَـنَا وَلِاِ خْوَا نِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِا لْاِ يْمَا نِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَاۤ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 10)

  1.  Sabar Dan istiqomah diatas ketaatan kepada Allah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا لْقَوْلِ الثَّا بِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰ خِرَةِ ۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَ ۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَآءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 27)

Tafsiran ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …” dijelaskan dalam hadits berikut.

الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ

اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ )

“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.”9

Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang beriman akan diberikan keistiqomahan di dalam dunia Dan akheratnta

Di dalam riwayat hadist juga diceritakan bahwa ada orang yang dibelah dadanya, namun hal itu tidak menggoyahkan Keimanannya. Hal itu menjelaskan bahwa orang itu telah mendapatkan manisnya iman

Selain itu, agar diberikan keistiqomahan maka Rosulullah solallahu alaihi wassalam pun sering berdoa

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

Maka jika seorang beriman, mengerjakan amal sholeh maka akan diteguhkan dia diatas ketaatan kepada Allah

  1.  Kejayaan

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui” [Al-Munafiqun/63 : 8]

Firman Allah ini seolah-olah mengatakan, tidak ada kebesaran kecuali milik Allah. Dialah yang maha perkasa dan bijak, Maha kuat dan perkasa.Tidak ada kebesaran, kecuali milik Allah. Tidak ada kejayaan, kecuali bersama dengan Allah.

Siapa saja yang tergantung dengan yang maha kuat, niscaya ia menjadi insan yang kuat. Oleh karena itu, Rasulullah berpegang dengan Allah, sehingga ia menjadi kuat. Dan demikian pula dengan kaum mukminin, mereka berpegang kepada Allah dan RasulNya, mereka menjadi insan–insan yang kuat.

Maka jika kita beriman, kita adalah orang yang jaya Dan sukses di mata Allah Ta’ala

  1.  Kemenangan atas musuh-musuh

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَ لَقَدْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا اِلٰى قَوْمِهِمْ فَجَآءُوْهُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ فَا نْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا ۗ وَكَا نَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 47)

Bahkan dalam ayat diatas Allah menganggap bahwa kemenangan adalah hak bagi orang2 yang beriman.

Barangsiapa menolong Allah (beriman kepada Allah) maka Allah akan menolongnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 47: Ayat 7)

  1.  Kehidupan yang baik

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 97)

Kehidupan yang baik bukanlah dengan harta, jabatan ataupun tahta melainkan dengan Iman dan amal sholeh. Dan ini berlaku universal baik untuk laki2 Dan wanita

  1.  Rezeki yang luas dan baik

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa terbuka nya rezeki yang luas Dan baik adalah dengan sebab beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Hujan adalah keberkahan dari langit, sedangkan tumbunya pohon sebagai keberkahan dari bumi.

Seperti dijelaskan dalam surat nuh

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا

“maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,” (QS. Nuh 71: Ayat 10)

يُّرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا

“niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,” (QS. Nuh 71: Ayat 11)

وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَ مْوَا لٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّـكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّـكُمْ اَنْهٰرًا

“Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”(QS. Nuh 71: Ayat 12)

Iman adalah sebab dari semua kenikmatan, barangsiapa beriman kepada Allah maka dia akan mendapatkan kenikmatan, Dan barangsiapa kufur kepada Allah maka dia akan mendapatkan kesengsaraan.

 

Pertanyaan

  1. Tanda cinta Allah kepada hambaNya adalah dalam hadist qudsi berikut

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللهُ  عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ  تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’”

  • Allah menjaganya dari berbuat maksiat, semua anggota tubuhnya dalam penjagaan Allah
  • Jika hamba meminta kepada Allah maka akan Allah beri, doanya mustajab
  • Allah tidak ragu untuk mencabut nyawanya seperti Allah ragu mencabut nyawa seseorang dan benci menanyainya

 

  1. Kiat menjaga iman
  • Bertawakkal kepada Allah

Tawakkal adalah rahasia agar kita bisa istiqomah dalam beribadah kepada Allah

  • – Berdoa kepada Allah.

Seperti doa-doa Rosul di penghujung sholat

  • Mengetahui sebab naiknya Iman dan turunnya Iman, Dan dia Mengetahui syaitan akan mengganggunya dari sisi apa
  • Berteman dengan orang-orang sholeh
  • Memperbanyak bacaan Alquran
  • Memperbanyak membaca siroh orang-orang sholeh

Wallahua’lam

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!