عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ : (( سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ … وَشَابٌ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ رَبِّهِ )) متفق عليه.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: … (salah satunya) seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allâh …”1 .
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang pemuda yang selalu berusaha menundukkan hawa nafsunya dengan senantiasa menjalankan ketaatan kepada Allâh سبحانه وتعالى dan menjauhi perbutan maksiat.2
Dalam hadits lain yang senada, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّوَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
Sesungguhnya Allâh سبحانه وتعالى benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah.3
Maksudnya adalah pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.4
Beberapa faidah penting yang dapat kita ambil dari hadits ini:
- Arti “naungan Allâh” dalam hadits ini adalah naungan Arsy-Nya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Salmân al-Fârisi رضي الله عنه, yang diriwayatkan oleh Imam Sa’îd bin Manshûr. Sanad hadits ini dinilai hasan oleh al-Hâfi zh Ibnu Hajar al-‘Asqalâni سبحانه وتعالى . Penggabungan kata “naungan Arsy” di sini dengan nama Allâh k menunjukkan kemuliaan dan keagungan5 .
- Masa muda merupakan masa primanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Ini merupakan nikmat besar dari Allâh سبحانه وتعالى yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allâh سبحانه وتعالى .
- Karena masa muda merupakan nikmat yang besar dari Allâh سبحانه وتعالى, maka di hari Kiamat nanti, manusia akan dimintai pertanggungjawaban akan nikmat ini dan nikmat-nikmat lainnya. Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Tidak akan bergeser kaki seorang manusia dari sisi Allâh pada hari Kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya? tentang masa mudanya, untuk apa digunakan? Hartanya, dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan? Ilmunya, bagaimana dia mengamalkan ilmunya?” 6
- Imam Abul ‘Ula al-Mubârakfûri رحمه الله berkata, “(Dalam hadits ini) Rasûlullâh ﷺ menyebutkan “seorang pemuda” secara khusus, karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya faktor yang mendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda. Maka, dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allâh سبحانه وتعالى (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut)”7 .
- Islam sangat memberikan perhatian besar kepada para pemuda Muslim dan mengarahkan mereka kepada hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat.
(Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA.)
Footnote:
1 HR. al-Bukhâri no. 1357 dan Muslim no. 1031
2 Lihat kitab Bahjatun Nâzhirîn 1/445
3 HR Ahmad (2/263), ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr 17/309 dan lain-lain, dinyatakan shahîh dengan berbagai jalurnya oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah no. 2843
4 Lihat kitab Faidhul Qadîr 2/263
5 Lihat kitab Bahjatun Nâzhirîn 1/445
6 HR at-Tirmidzi (no. 2416) dan lain-lain, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albâni.
7 Kitab Tuhfatul Ahwâdzi 7/57
Majalah As-Sunnah serial Baituna edisi 06 Th n. XV