Ibnu Khaldun رحمةُ الله berkata:
الشِّدَّةُ عَلَى الْمُتَعَلِّمِيْنَ مُضِرَّةٌ بِهِمْ وَذَلِكَ أَنَّ إِرْهَافَ الْحَدِّ بِالتَّعْلِيْمِ مُضِرٌّ بِالُمَتَعَلِّمِ سِيَّمَا فِيْ أَصَاغِرِ الْوَلَدِ. لِأَنَّهُ مِنْ سُوْءِ الْمَلَكَةِ. وَمَنْ كَانَ مُرَبَّاهُ بِالْعَسْفِ وَالْقَهْرِ مِنَ الْمُتَعَلِّمِيْنَ أَوْ الْمَمَالِيْكِ أَوِ الْخَدَمِ سَطَا بِهِ الْقَهْرُ وَضِيْقٌ عَنِ الْنَّفْسِ فِيْ انْبِسَاطِهَا وَذَهَبَ بِنَشَاطِهَا وَدَعَاهُ إِلَى الْكَسَلِ وَحَمَلَ عَلَى الْكَذِبِ وَالْخَبَثِ وَهُوَ التَّظَاهُرُ بِغَيْرِ مَا فِيْ ضَمِيْرِهِ خَوْفًا مِنْ انْبِسَاطِ اْلأَيْدِيْ بِالْقَهْرِ عَلَيْهِ وَعَلَّمَهُ الْمَكْرَ وَالْخَدِيْعَةَ …
Hal itu karena aturan proses belajar-mengajar yang keras dapat membahayakan anak didik, terutama pada kalangan kanak-kanak. (Sumber kemunculan)nya ialah karena buruknya keahlian (pengajar). Anak didik, budak atau pelayan yang terdidik dengan cara sewenangwenang dan tertindas, maka kebengisan akan tertanam pada (hati) mereka dan (membuat) jiwanya kerdil dalam perkembangannya, melenyapkan semangat mereka, mengajaknya untuk bermalas-malasan, dan mendorong mereka untuk berdusta dan bersifat keji. Yaitu bersikap hipokrit (bermuka dua), lantaran merasa takut terhadap tamparan tangan-tangan kasar, serta mengajarinya berbuat makar dan tipu-daya . . .
Maraji’ : Muqaddimah Ibni Khaldun, hlm. 540.
Dinukil dari al-Mu’allimul-Awwal, Fuad bin Abdul-‘Aziz asy-Syalhub, Darul-Qasim, Riyadh, Cet. I, Tahun 1417 H.