TAFSIR SURAT AT-TAKAATSUR

oleh -1494 Dilihat
oleh
TAFSIR SURAT AT-TAKAATSUR

﴿اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ – حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ – كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ – لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ – ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ – ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ ﴾

Bermegah-megahan2 telah melalaikan kalian, sampai kalian mendatangi dalam kuburan. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin, kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia itu). (QS at Takaatsur : 1 – 8)

Dalam surat ini Allah mencela hamba-hambaNya yang lalai dari tujuan hakiki penciptaan mereka, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, mengenal Allah, bertaubat kepadaNya serta agar mendahulukan kecintaan kepada Allah ﷻ di atas segalanya.

﴿ اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ

(Bermegah-megahan telah melalaikan kamu) -102:1-,

(maksudnya, kalian telah lalai, Red) dari tujuan hidup yang telah disebutkan di atas. Dalam ayat ini, Allah tidak menyebutkan materi yang digunakan untuk bermegah-megahan ataupun berbangga-banggaan oleh manusia. Tujuannya, supaya bisa mencakup semua yang dipakai berbangga-bangga, berupa banyaknya harta, anak, pendukung, pasukan, pelayan, kewibawaan dan lain sebagainya. Kelalaian dan kealpaan kalian berlanjut,

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ

(Sampai kalian mendatangi kuburan3) -102:2-

ketika itu tabir akan tersingkap buat kalian, akan tetapi kala itu kalian tidak bisa berbuat apa-apa. Firman Allah :

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ

(sampai kalian masuk ke dalam kubur) menunjukkan, bahwa alam barzakh adalah sebuah alam yang akan dilalui menuju alam yang kekal. Karena Allah menyebut orang yang masuk ke dalam kubur (meninggal dunia) dengan istilah zaa-ir (pengunjung, peziarah). Allah tidak menyebut mereka dengan istilah muqim (orang yang menetap). Ini menunjukkan, bahwa kebangkitan dan pembalasan amal perbuatan akan terjadi di alam yang kekal, bukan yang fana. Oleh karena itu, Allah memberikan ancaman kepada mereka.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ- ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ

 Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), -102:3- dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. -102:4- Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, -102:5-,

maksudnya, jika kalian mengetahui apa yang menanti di depan kalian dengan pengetahuan yang mengakar di hati, pasti kalian tidak akan terlalaikan oleh perbuatan berbangga-banggaan, dan kalian pasti akan bergegas untuk melakukan amal shalih.

Akan tetapi kekosongan kalian dari ilmu yang benar, telah membuat kalian sampai pada apa yang akan kalian lihat,

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ

(niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim) -102:6-,

maksudnya, sungguh, hari Kiamat pasti akan datang, dan ketika itu kalian akan benar-benar melihat neraka Jahim yang disediakan untuk orang-orang kafir. Firman Allah :

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ

(dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin), -102:7-

maksudnya, kalian akan melihat dengan pandangan mata, sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lain :

﴿وَرَاَ الْمُجْرِمُوْنَ النَّارَ فَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ مُّوَاقِعُوْهَا وَلَمْ يَجِدُوْا عَنْهَا مَصْرِفًا ࣖ  ﴾

Dan orang-orang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling daripadanya. (QS al Kahfi : 53).

Firman Allah ﷻ :

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ

[kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)] -102 : 8-

maksudnya, (kalian akan ditanya) tentang semua yang kalian nikmati dalam kehidupan dunia ini; Apakah kalian sudah mensyukuri nikmat-nikmat tersebut? Sudahkah kalian menunaikan hak Allah yang berkaitan dengan nikmat tersebut dan tidak kalian gunakan untuk mendukung perbuatan maksiat kalian. (Jika itu yang kalian lakukan), maka Allah l akan memberikan kenikmatan yang lebih tinggi dan lebih baik dari kenikmatan dunia. Ataukah kalian terpedaya oleh kenikmatan dunia, dan kalian tidak pernah mensyukurinya? Bahkan mungkin kalian manfaatkan untuk menopang perbuatan-perbuatan maksiat kalian. Jika begitu, maka Allah pasti akan memberikan balasan setimpal atas perbuatan kalian itu. Allah berfirman :

﴿وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا عَلَى النَّارِۗ اَذْهَبْتُمْ طَيِّبٰتِكُمْ فِيْ حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَاۚ فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ ࣖ ﴾

Dan (ingatlah) hari, (ketika) orang-orang kafir di hadapkan ke Neraka; (kepada mereka dikatakan) : “Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini, kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan, karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik. (QS al Ahqaaf : 20).

Ketika menjelaskan ayat terakhir dari surat At Takaatsur ini, Imam Ibnu Katsir membawakan sebuah hadits Riwayat Imam Ibnu Jarir dari Abu Hurairah رضي الله عنه , Beliau رضي الله عنه bercerita bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ keluar rumah karena lapar, kemudian bertemu dengan dua shahabat beliau yaitu Umar dan Abu Bakr yang juga sedang keluar rumah karena lapar. Rasulullah ﷺ lalu mengajak kedua shahabatnya itu untuk bertamu ke salah seorang anshar. Shahabat yang kedatangan tamu agung ini sangat senang. Dia lalu menghidangkan buah-buahan dan memotongkan kambing untuk dihidangkan kepada mereka. Setelah kenyang, Rasulullah ﷺ bersabda kepada kedua shahabatnya Umar dan Abu Bakr :

والَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُسْأَلُنَّ عَنْ هَذَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوْتِكُمْ الْجُوعُ ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوا حَتَّى أَصَابَكُمْ هَذَا النَّعِيْمُ

Demi Dzat (Allah) yang jiwaku ada pada tanganNya, sungguh kalian pasti kalian akanditanyai tentang ini pada hari kiamat. Lapar telah membawa kalian keluar rumah-rumah kalian, dan kalian tidak pulang kecuali setelah kenyang. Ini adalah termasuk na’im (nikmat) Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan ahlus sunan.

Imam Ibnu Katsir juga membawakan sebuah riwayat yang menjelaskan tentang dua nikmat yang sering dilupakan manusia yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Rasulullah ﷺ bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مَنَ النَّاسِ الصِّحَةُ والفَرَاغُ

Ada dua nikmat yang banyak orang tertipu pada keduanya yaitu nikmat sehat dan waktu luang. (HR Bukhari)

Maksudnya mereka kurang dalam mensyukuri kedua nikmat ini, mereka tidak melakukan apa yang menjadi konsekwensi kedua nikmat ini. Orang yang tidak melaksanakan apa seharusnya dikerjakan, maka dialah magbun (rugi).

PELAJARAN DARI SURAT4

  1. Ancaman bagi orang-orang yang menumpuk harta, tanpa disertai dengan syukur dan tidak mentaati Allah dan RasulNya, disebabkan harta.
  2. Penetapan adanya siksa kubur. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah :

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ – كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ

“ sampai kamu mendatangi kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (QS 102 : 2-3),

 maksudnya di dalam kubur.

  1. Penetapan adanya hari kebangkitan dan kepastian adanya pembalasan setelah hisab (perhitungan).
  2. Kepastian bahwa seorang hamba akan ditanya tentang nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya di dunia. Jika dia bersyukur, maka dia akan beruntung. Dan jika kufur nikmat, maka Allah akan menyiksanya. Wal iyadzu billah.

*) Diterjemahkan dari Taisir Al Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di.

2) Bermegah-megahan dengan banyaknya harta, anak, dan urusan dunia.

3) Yakni sampai mati dan di kubur

4) Dinukil dari Aisarut Tafaasir, Syaikh Abu Bakr Jabir al Jazairi (II/1493)

Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1427H/2006M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!