Rasulullah tidak mengetahui Alam Ghaib

oleh -1525 Dilihat
oleh
Ilmu Ghaib

﴿  قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ ﴾

Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan andaikata aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Qs al-A’râf/7: 188).

PENJELASAN AYAT

TIDAK ADA YANG MENGETAHUI PERKARA GAIB KECUALI HANYA ALLAH TA’ALA

Termasuk bagian dari dasar-dasar agama Islam adalah mengimani hanya Allah عزوجل sajalah yang mengetahui perkara gaib. Sedangkan para nabi dan rasul hanya mengetahui sebagian perkara gaib yang telah diberitakan Allah عزوجل pada mereka.

Dalam ayat di atas, Allah عزوجل memerintahkan Rasul-Nya  ﷺ untuk menjawab pertanyaan orang-orang Quraisy atau yang lainnya tentang kapan terjadinya hari Kiamat1 , dengan suatu jawaban yang menjelaskan bahwa tidak ada yang mengetahui kepastian waktu terjadinya hari Kiamat kecuali Allah عزوجل saja.

Rasulullah Muhammad  ﷺ adalah seorang hamba dan utusan-Nya yang tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya dan tidak pula kuasa menolak bahaya kecuali yang dikehendaki Allah عزوجل . Oleh sebab itu, beliaun tidak mempunyaipengetahuan yang mutlak atas perkara gaib. Pengetahuan beliau tentang itu terbatas dan tidak mencakup secara keseluruhan. Itu pun tidak terlepas dari wahyu dari Allah عزوجل .

Asy-Syaukani رحمه الله mengatakan, “Ayat ini menjelaskan ayat sebelumnya (yang berbunyi) :

﴿ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ﴾

Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat; kapan terjadinya?, Katakanlah:” Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada di sisi Rabb-ku, tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” . (Qs al-A’râf/7: 187).

Lantas beliau meneruskan, “(Oleh sebab itu) jika beliau tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya dan tidak pula mampu menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah عزوجل , maka demikianpula beliau  ﷺ tidak mengetahui perkara gaib yang tidak dikabarkan oleh Allah عزوجل kepadanya. Hal ini menunjukkan sifat ‘ubûdiyah (status sebagai seorang hamba dan makhluk) Rasulullah  ﷺ (di hadapan Allah عزوجل ) dan bahwa seorang hamba itu lemah, tidak mampu mengetahui urusan-urusan Rabbnya.2

Kemudian dijelaskan di dalam firman Allah عزوجل berikutnya yang berbunyi:

وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛ

Dan andaikata aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan…

Pengertian penggalan ayat di atas, andaikata aku mengetahui semua perkara yang gaib, pastilah aku akan selalu menyiapkan yang terbaik dan selalu waspada terhadap apa yang akan menimpaku. Akan tetapi, aku adalah seorang hamba yang tidak mengetahui apa-apa yang ada di sisi Rabb-ku tentang qadha dan qadar-Nya (ketentuan dan takdir Allahk) atas diriku.3

Di dalam ayat yang lain, Allah عزوجل juga menjelaskan bahwa kunci-kunci perkara gaib hanyalah ada di sisi-Nya. Allah عزوجل berfirman:

﴿۞ وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ ﴾

Dan di sisi Allah-lah kunci-kunci yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. (Qs al-An’âm/6:59).

Allah عزوجل juga berfirman:

﴿ اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ ﴾

Sesungguhnya hanya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakan besok, dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs Luqmân/31: 34).

Perkara-perkara yang diberitakan Allah dalam ayat di atas adalah kunci-kunci perkara gaib. Allah عزوجل merahasiakannya dari siapapun. Termasuk juga pengetahuan tentang datangnya hari Kiamat juga dirahasiakan oleh Allah عزوجل , tidak ada yang dapat mengetahuinya, baik seorang nabi yang diutus maupun malaikat yang terdekat dengan Allah عزوجل sekalipun.4

KEYAKINAN YANG PARAH

Ayat di atas merupakan salah satu bantahan terhadap keyakinan sebagian orang Sufi yang bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap Rasulullah  ﷺ . Mereka sampai mengatakan Rasulullah  ﷺ mengetahui seluruh perkara gaib secara mutlak dan takdir Allah عزوجل atas semua yang akan terjadi pada makhluk-Nya yang telah ditulis di Lauhul mahfûzh.

Contoh nyata dari keyakinan keliru itu, perkataan al-Bushiri penulis qashidah Burdah yang sudah masyhur di tanah air, ia mengatakan:

فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا

وَمِنْ عُلُوْمِكِ عِلْمَ اللَّوْحِ والْقَلَمِ

Sesungguhnya termasuk dari kemurahanmu-lah (wahai Rasul) adanya dunia dan akhirat.

Dan di antara pengetahuanmu, pengetahuan (tentang isi) di Lauhul mahfuzh dan pena (yang menulisnya).

Sudah jelas, perkataan ini tidak pantas diucapkan kecuali untuk Allah عزوجل .5

Ada juga yang mengaku mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat melalui proses kasyf yang telah dicapainya6 . Dengan lantang, ia mengatakan, “Pada tahun sekian, tanggal sekian, dan jam sekian, akan terjadi hari Kiamat”, -Na’ûdzubillâh min dzâlik- bukankah perkataan tersebut perkataan kufur?. Bagaimana tidak??!! Perkataan ini jelas-jelas menentang ayat di atas. Sebab, Allah عزوجل telah menyebutkan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat kecuali hanya Dia عزوجل saja?

Sementara ada orang yang juga meyakini bahwa Rasulullah  ﷺ juga mengetahui kapan terjadinya hari Akhir. Pernyataan ini terbantahkan oleh riwayat yang berasal dari istri Rasulullah ‘Aisyah رضي الله عنها . ‘

Aisyah, Ummul Mukminin رضي الله عنها berkata:

وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبرُ بِمَا يَكُوْنُ فِيْ غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ وَاللَّهُ يَقُوْلُ ( قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِيْ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ).

Barang siapa yang mengatakan bahwasanya Rasulullah  ﷺ mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari, maka sungguh dia telah berbuat dusta yang besar kepada Allah عزوجل (Karena) Allah عزوجل telah berfirman (yang artinya), “Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah7 .”.8

Jika keyakinan seperti ini, yaitu meyakini Rasulullah  ﷺ mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, sudah merupakan kedustaan yang amat besar terhadap Allah عزوجل , maka bagaimana dengan orang yang mengaku bahwa dirinya mengetahui apa yang akan terjadi esok hari?.

Kemudian di akhir ayat, Allah عزوجل berfirman:

اِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Ayat ini menerangkan bahwa tugas Rasulullah  ﷺ ialah memberi peringatan kepada orang musyrik dan para pelaku maksiat akan datangnya adzab Allah عزوجل (atas mereka) dan memberi kabar gembira dengan perolehan pahala atas keimanan dan tauhid serta amalshaleh (bagi orang mukmin). (Dan penetapan) bahwa beliau bukanlah Rabb (Penguasa alam) yang mengetahui gaib secara mutlak.9

BUKTI RASULULLAH  ﷺ TIDAK MENGETAHUI PERKARA GAIB

Rasulullah ﷺ tidaklah mengetahui perkara gaib kecuali yang telah dikabarkan oleh Allah عزوجل kepada beliau. Tidak semua perkara gaib itu diketahui oleh beliau. Berikut ini dua diantara banyak riwayat yang membuktikan Rasulullah  ﷺ tidak menguasai ilmu gaib:

  1. Di bulan Jumâdal ula dan Jumâdats tsâniyah , pada tahun ke-2 Hijriyah, Rasulullah ﷺ bersama 150 atau 200 pasukan keluar dari Madinah untuk menghadang kafilah dagang suku Quraisy nyang bergerak dari Mekah menuju negeri Syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Sesuai berita yang sampai kepada beliau, rombongan dagang itu membawa banyak barang dagangan. Ketika sampai pada daerah ‘Usyairah (sebuah tempat dekat kota Yanbu’), beliaun ternyata tidak menjumpainya, karena kafilah dagang milik kaum Quraisy telah melewati tempat itu beberapa hari sebelumnya. Maka, beliaun bersama pasukannya kembali ke Madinah.10

Dari peristiwa di atas, seandainya Rasulullah  ﷺ mengetahui dengan pasti kapan kafilah tersebut sampai di ‘Usyairah, tentu beliau akan tiba di sana tepat waktu.

  1. Ketika ‘Aisyah رضي الله عنها tertinggal dari rombongan Rasulullah ﷺ karena mencari kalungnya yang hilang, beliaun dan rombongan tidak mengetahui kalau ‘Aisyah رضي الله عنها tidak ada di dalam tenda di atas untanya. Waktu itu mereka menyangka ‘Aisyah رضي الله عنها sudah berada di dalamnya, setelah menyelesaikan urusannya. Mereka baru mengetahui dimana ‘Aisyah رضي الله عنها , saat Shafwân bin Mu’aththal رضي الله عنه mengantar ‘Aisyah رضي الله عنها kepada Rasulullah  ﷺ .

Selanjutnya, berkembang isu ‘Aisyah berselingkuh yang disebarkan oleh orang-orang munafik. Berita itu pun sampai ke telinga Rasulullah  ﷺ . Saat itu, beliau tidak mengetahui benar atau tidaknya kabar yang sedang tersiar itu. Selama sebulan, beliau berdiam diri. Beberapa Sahabat pun sempat beliau mintai pendapat, seperti ‘Ali bin Abi Thâlibdan Usâmah bin Zaid c tentang ‘Aisyah رضي الله عنها . Rasulullah  ﷺ baru mengetahui bahwa tuduhan tersebut merupakan kedustaan setelah Allah عزوجل menurunkan ayat tentang barâ‘ah (terbebasnya) ‘Aisyah رضي الله عنها dari tuduhan itu.11

Dan masih banyak lagi bukti lain yang menunjukkan bahwa Rasulullah b tidak mengetahui yang gaib kecuali apa-apa yang telah dikabarkan oleh Allah عزوجل kepada beliau.

PELAJARAN DARI AYAT

  1. Pengetahuan tentang waktu terjadinya Kiamat itu hanya ada pada Allah عزوجل saja, sedangkan setiap orang yang ditanya tentang hal ini, dia tidaklah lebih mengetahui dari si penanya.
  2. Tanda-tanda hari Kiamat yang disebutkan di dalam al-Qur’ân maupun Hadits, bukan berarti hari Kiamat telah diketahui kapan terjadinya, akan tetapi tanda-tanda tersebut merupakan indikator awal akan terjadinya hari Kiamat
  3. Hanya Allah عزوجل yang mengetahui perkara yang gaib secara mutlak. Para rasul dan nabi Allah عزوجل adalah hamba-hamba-Nya yang tidak mengetahui yang gaib kecuali yang telah diberitakan kepada mereka.
  4. Rasulullah ﷺ adalah utusan-Nya, insan yang dipilih oleh Allah عزوجل untuk mengemban risalah Ilahi kepada seluruh umat manusia. Kedudukan beliau sangat tinggi di sisi-Nya. Sungguhpun demikian, beliau tidak mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat, apalagi orang yang derajatnya di bawah beliaub.
  5. Jika Rasulullah ﷺ mengetahui beberapa perkara gaib setelah diberitahu oleh Allah عزوجل , maka tidak boleh dikatakan bahwa beliau mengetahui yang gaib secara mutlak. Wallahu a’lam.

Maraji’:

  1. Aisarut Tafâsîr, Abu Bakr Jabir al-Jazâiri, Maktabatul Ulûm Wal Hikam, Madinah. Cetakan 5. Tahun 1424 H – 2003 M.
  2. Tafsîr al-Qur’ânul ‘Azhîm, Ibnu Katsir. Tahqiq Sami bin Muhammad Salamah. Dar Thaibah. Cetakan 2, Tahun 1420 H – 1999 M.
  3. Fat-hul Qadîr, Muhammad bin ‘Ali asy-Syaukani. Darul Kutub al-Ilmiah Beirut-Lebanon. Cetakan 1. Tahun 1415 H – 1994 M.
  4. Shahîh Bukhâri, Muhammad bin Isma’il al-Bukhâri. Tahqiq Dr. Mushtafa Dibul Bugha. Dar Ibnu Katsîr, Beirut, Cetakan 3, Tahun 1407 H – 1987 M.
  5. Shahîh Muslim, Muslim Ibnul Hajjâj an-Naisâburi, Dârul Jîl dan Dârul Afâq al-Jadîdah Beirut. 6. Sîrah Nabawiyah, Ibnu Hisyâm. Dârul Ma’rifah Beirut – Lebanon.
  6. Sîrah Nabawiyah fi Dhauil Mashâdir al-Ashliyyah, Dr. Mahdi Rizqullah. Dâr ‘Imâmud Da’wah, Riyadh. Cetakan II, Tahun 1424 H – 2003 M.
  7. Rahîqul Makhtûm, Shafiyurrahmân Mubârakfuri. Cetakan Muassasah Haramain al-Khairiyyah, Riyadh.
  8. At-Tamhîd Li Syarhi Kitâbit Tauhid, Shâlih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh. Dârut Tauhîd, Riyadh, Cetakan 1, Tahun 1423 H – 2002 M

Footnote:

1 Aisarut Tafâsîr (2/271).

2 Fat-hul Qadîr (1/349).

3 Fat-hul Qadîr (1/349).

4 Tafsîr al-Qur’ânul ‘Azhîm (6/352).

5 At-Tamhîd Li Syarhi Kitâbit Tauhid hl.239.

6 Pengertian kasyf dalam ideologi Sufi adalah terbukanya tabir (rahasia Ilahi) bagi hati dan penglihatan orang Sufi sehingga dia bisa melihat alam kabir dan alam shaghir, serta mengetahui apa-apa yang di langit dan di bumi dan mengetahui apa-apa yang akan terjadi.

7 Qs an-Nam/27l: 65

8 Shahîh Bukhâri (4/1840), Shahîh Muslim (1/110). Teks ini milik Muslim

9 Aisarut Tafâsîr (2/271).

10 Rahîqul Makhtûm hal.295, Sîrah Nabawiyah fi Dhauil Mashâdir al-Ashliyyah (1/400-401).

11 Shahîh Muslim (8/112) dengan diringkas.

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!