PERINTAH PERTAMA DALAM AL-QUR`ÂN

oleh -1100 Dilihat
oleh

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ  ۝الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.   ۝( Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. al-Baqarah/2:21-22)

 AL-MUFRADÂT :

اعْبُدُوْا

Taatilah Allâh سبحانه وتعالى dengan mengimani dan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya

الثَّمَرٰتِ

Bentuk jamak dari الثَّمْرِة  yaitu segala yang dihasilkan oleh bumi yang berupa biji-bijian, sayuran, dan segala yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan seperti buah-buahan.

رَبَّكُمْ

Pencipta kalian dan Dzat yang menguasai urusan kalian dan ilaah kalian yang hak

أَنْدَادًا

Tandingan-tandingan/sekutu-sekutu.

 

TAFSIR AYAT:

Ini adalah kalimat perintah pertama dalam al-Qur`ân. Melalui ayat ini, Allâh سبحانه وتعالى memanggil semuanya dengan ‘hai manusia’ agar menjadi seruan umum bagi seluruh umat manusia di setiap tempat dan di setiap masa. Allâh سبحانه وتعالى memerintahkan mereka untuk merealisasikan tujuan penciptaan mereka yaitu beribadah kepada-Nya yang mencakup unsur menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan membenarkan berita-Nya. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. adz-Dzâriyât/51:56)

Dalam menegaskan perintah ini, Allâh سبحانه وتعالى menyertakannya dengan memperkenalkan Dzat-Nya kepada mereka agar mereka mengenal sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya. Tujuannya, agar mereka menyadari dan lebih mudah menyambut perintah ini dan akhirnya menjalankan ibadah kepada-Nya yang akan menyelamatkan mereka dari siksa-Nya dan mendatangkan ridha dan jannah bagi mereka.1

Pertama-tama, Allâh سبحانه وتعالى memulai penjelasan tentang kewajiban beribadah semata[1]mata kepada-Nya dengan menyebutkan bahwa Dialah Rabb mereka yang telah mentarbiyah mereka dengan berbagai kenikmatan. Dia سبحانه وتعالى mengadakan mereka dari ketiadaan menuju alam wujud, mengucurkan pada mereka beragam nikmat, yang zhahir maupun batin. Dia سبحانه وتعالى menjadikan bumi sebagai fi râsya yaitu hamparan (tempat berpij ak kaki) layaknya tikar yang dihamparkan, hamparan yang stabil (tak bergoncang), menjadi tempat berpij ak dan berjalan. Mereka pun dapat merasakan ketenangan hidup dalam rumah-rumah yang dibangun di atasnya. Orang-orang pun dapat mengambil manfaat dari bumi ini dengan hasil pertanian dan perkebunannya, dan manfaat-manfaat lainnya.

Selanjutnya, Allâh سبحانه وتعالى menjadikan langit sebagai atap dan menempatkan padanya hal[1]hal yang sangat dibutuhkan manusia, seperti keberadaan matahari, bulan dan bintang-bintang.

Nikmat lain yang disebutkan selanjutnya, Allâh سبحانه وتعالى menurunkan hujan dari langit yang dapat membantu mereka menumbuhkan tanaman-tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang kemudian menghasilkan berbagai macam tanaman dan buah-buahan yang dapat disaksikan bersama, sebagai rezeki, nutrisi dan makanan (bekal hidup) baik bagi mereka sendiri maupun hewan piaraan mereka. Ini juga telah Allâh سبحانه وتعالى tetapkan dalam beberapa ayat lain dalam al-Qur`ân.2

Allâh سبحانه وتعالى menyebutkan langit dan bumi di antara nikmat-nikmat yang Dia sebutkan bagi mereka, karena melalui keduanya, mereka mendapatkan makanan pokok, rezeki dan penghidupan serta penopang dunia mereka. Kemudian Allâh سبحانه وتعالى menyebutkan bahwa Dzat yang menciptakan keduanya dan seluruh yang ada di dalam keduanya serta seluruh kenikmatan di dalamnya Dialah yang berhak ditaati oleh mereka dan berhak disyukuri dan diibadahi oleh mereka. (Tafsir Ibni Jarir 1/213).

Di antara ayat yang paling mirip kandungannya dengan ayat ini yaitu firman Allâh سبحانه وتعالى :

اَللّٰهُ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ قَرَارًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً وَّصَوَّرَكُمْ فَاَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ ۗذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ ۚ فَتَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

Allâhlah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allâh Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam (QS.Ghâfir/40: 64).

Intisari kandungan ayat ini ialah, Dialah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pemberi rezeki, Pemilik alam dan para penghuninya, Pemberi rezki bagi mereka. Sehingga Dia berhak menjadi satu-satunya Dzat yang diibadahi, tidak boleh ada sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya dalam jenis peribadahan apapun3 .

Oleh karena itu, di akhir ayat, Allâh سبحانه وتعالى menutup seruan-Nya dengan peringatan agar mereka tidak menjadikan tandingan bagi Allâh. Allâh سبحانه وتعالى berfirman: karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allâh padahal kamu mengetahui.

Maksudnya, janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Allâh سبحانه وتعالى , berupa tandingan-tandingan (dari makhluk-Nya) yang pasti tidak mampu mendatangkan kebaikan maupun madharat. Padahal, sejatinya kalian yakin sesungguhnya tidak ada rabb bagi kalian yang memberi rezeki kepada kalian selain-Nya. Dan kalian pun telah tahu, bahwa perkara yang diserukan oleh Rasûlullâh ﷺ kepada kalian yang berupa penetapan tauhid adalah perkara yang haq, tidak perlu diragukan lagi akan kebenarannya. 4

Syaikh as-Sa’di رحمه الله menyatakan, “(Janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Allah) padahal kamu mengetahui Allâh سبحانه وتعالى tiada memiliki sekutu dan tandingan, baik dalam penciptaan, pemberian rezeki dan pengaturan (alam semesta), juga dalam hak uluhiyah-Nya dan kesempurnaan-Nya. Apakah pantas kalian beribadah kepada sesembahan lain bersama Allâh سبحانه وتعالى , sedangkan kalian telah mengetahui hakekat tadi?. (Bila ini terjadi) maka itu adalah perbuatan yang paling aneh (tidak masuk akal) dan kebodohan paling parah”. 5

Sahabat Ibnu ‘Abbâs menyampaikan penafsiran yang menjelaskan beberapa contoh syirik kepada Allâh سبحانه وتعالى berkaitan firman Allâh : { janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allâh }. Beliau menyatakan, “Syirik itu lebih samar daripada langkah semut di atas bebatuan yang hitam dalam kegelapan malam yang pekat, seperti ucapan seseorang, “Demi Allâh dan demi hidupmu wahai Fulan”, “Demi hidupku”. Atau ucapan, “Jikalau tidak ada anjing ini, pastilah para pencuri akan mendatangi (rumah) kami”, atau ungkapan, “Seandainya tidak ada angsa dalam rumah, pastilah pencuri akan datang ke rumah”. Atau ucapan seseorang kepada kawannya, “Tergantung kehendak Allâh dan kehendakmu”, “Kalau tidak karena Allâh dan Si Fulan”. Janganlah engkau menyertakan fulan padanya, ini semua bentuk syirik kepada Allah سبحان الله .”

Perintah beribadah dan bertauhid kepada Allâh سبحانه وتعالى yang selanjutnya disertai dengan larangan dari perbuatan yang menentang tauhid (syirik) merupakan ketetapan yang berlaku dalam al-Qur`an, seperti tercantum dalam ayat-ayat lainnya. Di antaranya, firman Allâh سبحانه وتعالى :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah kepada Allâh (saja), dan jauhilah thaghut (sesembahan selain-Nya) itu”, (QS. an-Nahl/16:36 )

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. (QS. an-Nisâ/4:36)

Ayat ini (al-Baqarah:21-22) menjadi bukti yang pasti akan kewajiban beribadah kepada Allâh dan kebatilan peribadahan kepada selain-Nya melalui penyebutan tauhid rububiyah yang mengandung keesaan Allâh سبحانه وتعالى dalam hak penciptaan, pemberian rezeki, pengaturan (alam semesta). Bila setiap orang mengakui tiada sekutu bagi Allâh dalam urusan-urusan tersebut, maka hendaknya ia pun meyakini bahwa Allâh tidak memiliki sekutu dalam peribadahan. 6

BEBERAPA PELAJARAN DARI AYAT:

  1. Tauhid adalah asas bangunan bak akar bagi satu pohon. Karena itu, perintah pertama kali yang menjumpai orang saat membuka mushaf adalah perintah bertauhid kepada Allâh سبحانه وتعالى .
  2. Wajibnya beribadah kepada Allâh سبحانه وتعالى karena merupakan tujuan penciptaan seluruh umat manusia.
  3. Wajibnya mengenal Allâh سبحانه وتعالى melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
  4. Larangan berbuat syirik, kecil maupun besar, yang zhahir maupun batin.
  5. Allâh سبحانه وتعالى tidak hanya memerintahkan beribadah kepada-Nya saja, akan tetapi juga langsung melarang dari perbuatan syirik kepada-Nya.
  6. Kebatilan peribadahan kepada selain Allâh سبحانه وتعالى . Wallâhu a’lam. [ ]

Footnote:

1 Aisarut Tafâsir 1/29

2 Lihat Tafsir Ibni Jarir 1/213, Tafsir Ibnu Katsir / .

3 Tafsir Ibni Katsir /

4 Tafsir Ibni Katsir /

5 Tafsir as-Sa’di hlm. 27

6 Tafsir as-Sa’di hlm. 27.

EDISI KHUSUS (03-04)/THN XVI/SYA’BAN-RAMADHAN 1433H/JULI-AGUSTUS 2012M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!