Jangan Hanya Dianggap Bencana Alam

oleh -1195 Dilihat
oleh

Alhamdulilllâh alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat .

Alhamdulillâh, dengan pertolongan-Nya, kami masih berkesempatan menyapa para pembaca sekalian melalui lembaran majalah kesayangan kita. Pada edisi 07/Tahun XXII/Rabiul Awwal 1440H/Nopember 2018. Insya Allah akan hadir di awal bulan Nopember 2018. Kami mengangkat tema tentang musibah yang menimpa sebagian wilayah di Indonesia secara beruntun.
Dan pada kesempatan ini kami nukilkan tajuk yang kami hadirkan pada edisi tersebut sebagai berikut:

Jangan Hanya Dianggap Bencana Alam

Masih sangat segar ingatan kita mengenai musibah gempa yang menimpa wilayah Lombok dan sekitarnya. Musibah itu menyebabkan sebagian wilayah Lombok porak poranda. Rumah, masjid, gedung sekolah, perkantoran berbagai fasilitas umum lainnya hancur tak berbentuk atau masih berbentuk tapi sudah tidak berani difungsikan. Saat sebagian wilayah pulau Lombok masih digoncang gempa-gempa susulan, Sulawesi Tengah digoncang dengan gempa yang lebih dahsyat dan disusul dengan gelombang tsunami. Ribuan bangunan dan nyawa melayang. Dan yang lebih mengerikan dan menakutkan lagi yaitu apa yang dinamakan dengan peristiwa ‘likuifaksi (pencairan tanah)’ oleh banyak orang. Peristiwa ini menyebabkan beberapa wilayah amblas. Semua bangunan yang berada di atas wilayah-wilayah tersebut beserta isinya hilang seperti ditelan bumi.

Ada apa sebenarnya? Beragam respon dan jawaban akan didapat jika pertanyaan ini dilontarkan ke khalayak, tergantung sudut pandangnya.

Dalam al-Qur’an, dengan gamblang Allâh Ta’alla menyebutkan (yang artinya) :

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).  (QS. Asy-Syûrâ/42:30)

Dalam hadits disebutkan:

إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِى فِى أُمَّتِى عَمَّهُمُ اللّٰهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ،

فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ، أَمَا فِيهِمْ صَالِحُونَ؟ قَالَ: بَلَى، قَالَتْ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ؟

قَالَ: يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسَ، ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٍ

 

Bila maksiat telah tampak di tengah umatku, Allâh pun akan meratakan adzab-Nya. Aku bertanya: Wahai Rasûlullâh! Bukankah pada saat itu di tengah-tengah mereka ada orang-orang shalih? Beliauﷺ menjawab: “Benar.” Ummu Salamah bertanya lagi: “Lalu apa yang diperbuat terhadap mereka?” Beliau ﷺ menjawab: “Mereka ditimpa apa yang menimpa manusia, kemudian mereka pun beralih menuju ampunan dan ridha Allâh.”

Ayat dan hadits di atas menuntut orang-orang yang beriman untuk introspeksi diri agar tidak terus menerus melakukan perbuatan dosa. Perbuatan-perbuatan dosa itulah yang mendatangkan musibah.
Dalam ayat lain, Allâh Ta’alla juga berfirman (yang artinya):

Tidak ada satu musibahpun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghâbun/64:11)

Imam Ibnu Katsir berkata, “Makna ayat ini, seseorang yang ditimpa musibah, lalu dia yakin bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh dan dia bersabar, mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’alla), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh tersebut, maka Allâh akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah itu dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya. Bahkan, bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang sesuatu lebih baik baginya.

Inilah sikap seorang Mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Dia bergegas introspeksi diri dan bertaubat dari perbuatan dosa yang dilakukannya, dengan tetap memperhatikan sebab akibat yang menjadi sunnatullah di dunia ini. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki iman atau orang-orang yang mengikuti mereka. Dia berpandangan bahwa berbagai musibah yang menimpa umat manusia ini hanya merupakan peristiwa alam biasa yang diawali dengan berbagai sebab yang bisa diketahui dan tidak dihubungkan sama sekali dengan kekuasaan Allâh. Akhirnya, mereka tidak ada upaya untuk memperbaiki diri.

Semoga Allâh Ta’alla menjadikan kita termasuk kaum Mukminin yang disebutkan dalam hadits Rasûlullâhﷺ, yang artinya,

“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik semata untuknya. Dan itu tidak didapatkan pada siapapun melainkan pada seorang Mukmin. Bila ia memperoleh kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Sedangkan bila ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya. (HR. Muslim). [ ]

Pembaca yang budiman!

Sajian lainnya, yakni tentang mengenakan pakaian berbahan sutra bagi kaum laki-laki. Meski perbuatan ini tergolong dosa besar, tapi sangat disayangkan, banyak yang tak menghiraukannya. Sajian ini kami hadirkan, sebagai pengingat bagi semua. Semoga Allâh menjauhkan kita semua dari dosa-dosa.

Dan masih ada beberapa sajian menarik dan bermanfaat insya Allâh. Akhirnya, kami mengucapkan selamat menelaah. Semoga semua aktifitas yang kita lakukan bernilai pahala di sisi Allâh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.