Santet Itu Sihir

oleh -467 Dilihat
oleh

SANTET ITU SIHIR
Pertanyaan
Assalamu’alaikum, Kru Assunnah, semoga kita selalu diridhai Allah Azza wa Jalla . Saya mau tanya, menurut pandangan Islam apakah santet itu ada ? Bisakah orang terkena santet ? Seperti yang terjadi di Kalimantan, yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media massa yaitu seorang ibu, perutnya banyak ditumbuhi atau keluar kawat. Publik beranggapan orang tersebut terkena santet. Syukran.
Jawaban.
Santet dan sejenisnya itu ada dan termasuk sejenis sihir. Karena sihir sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Qudamah rahimahullah adalah ikatan-ikatan tali dan mantra-mantra yang diucapkan atau ditulis oleh pelaku/tukang sihir, atau dia melakukan sesuatu yang  digunakan sebagai sarana oleh tukang sihir untuk meminta tolong kepada setan dengan tujuan menyakiti orang yang disihir, mempengaruhi fisik yang disihir, atau hatinya, atau akalnya, dengan tanpa kontak langsung”. [al-Mughni, 8/150; dinukil dari ‘Alamus Sihri was Sya’wadzah, hlm: 73]
Demikian juga yang dikatakan oleh al-Alûsi rahimahullah : “Yang dimaksudkan dengan sihir adalah perkara aneh yang menyerupai perkara ajaib, padahal bukan sesuatu yang ajaib karena dapat dipelajari. Untuk mendapatkannya dengan mendekatkan diri kepada setan, dengan cara melakukan perkara-perkara keji/buruk, berupa perkataan seperti mantra-mantra yang mengandung kalimat-kalimat syirik, pujian kepada setan dan kekuasaan setan; Juga berupa perbuatan, seperti menyembah bintang-bintang, menekuni kejahatan, dan seluruh kefasikan; Serta berupa keyakinan, seperti menganggap baik sesuatu yang bisa mendekatkannya kepada setan dan kecintaannya kepada setan. Dan sihir itu tidaklah berjalan dengan baik kecuali dengan orang yang sejalan dengan setan dalam keburukan dan kekejian jiwa, karena kesesuain atau kecocokan merupakan syarat saling mendekat dan membantu. Sebagaimana para malaikat tidak akan membantu kecuali orang-orang yang baik, yang menyerupai para malaikat dalam menekuni ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah l , baik dengan perkataan dan perbuatan. Demikian pula setan, dia tidak akan membantu kecuali orang-orang yang jahat, yang menyerupai mereka dalam kekejian dan keburukan, baik perkataan, perbuatan, dan keyakinan. Dengan ini tukang sihir berbeda dengan Nabi dan wali”. [Kitab Tafsir Rûhul Ma’âni 1/338; dinukil dari ‘Alamus Sihri was Sya’wadzah, hlm: 152-153]
Para ulama Ahli Sunnah sepakat bahwa sihir itu memiliki hakekat dan nyata. Walaupun kelompok Mu’tazilah dan orang-orang yang terpengaruh dengan mereka mengingkari hakekat sihir, namun pengingkaran mereka tidak ada nilainya. Di antara dalil-dalilnya adalah:
Berita Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tentang Adanya Sihir Dan Berita Allah Subhanahu Wa Ta’ala Itu Benar.
Allah Azza wa Jalla  berfirman :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [al-Baqarah/2: 102]
Demikian juga, Allah Azza wa Jalla memerintahkan agar berlindung dari kejahatan tukang sihir. Jika sihir tidak ada berarti perintah ini sia-sia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴿١﴾مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ﴿٢﴾وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ﴿٣﴾وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ﴿٤﴾وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus ke buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” [al-Falaq/113: 1-5]
Oleh karena itu, para sahabat dan para  ulama Ahlus Sunnah sepakat tentang adanya sihir. Al-Qurafi rahimahullah  mengatakan : “Sihir dan berita tentang sihir telah diketahui oleh para sahabat –semoga Allah meridhai mereka semua- , mereka sepakat tentang keberadaan sihir sebelum munculnya kelompok Qodariyah (Mu’tazilah)”.[1]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membantah pendapat Mu’tazilah yang mengatakan “Sesungguhnya seluruh sihir hanyalah takh-yiil (membuat sesuatu yang khayali atau tidak nyata)”, beliau rahimahullah berkata : “Ini menyelisihi riwayat-riwayat mutawatir dari para sahabat dan Salaf (orang-orang zaman dahulu yang shalih), dan telah disepakati oleh ahli fiqih, ahli tafsir, dan ahli hadits. Dan yang dikenal oleh kebanyakan ahli fiqih”. [Tafsir al-Qayyim, hlm: 571; dinukil dari ‘Alamus Sihri was Sya’wadzah, hlm: 92]
Maka sepantasnya seseorang selalu mohon perlindungan kepada Allah dari semua kejahatan, termasuk sihir, dan mohon kesembuhan kepada Allah jika mengalami musibah penyakit. Sessungguhnya Allah berkuasa terhadap segala sesuatu
Adapun berita yang saudara sampaikan bahwa dari perut seorang ibu ditumbuhi atau keluar kawat, jika berita itu benar, bisa jadi itu santet atau bisa jadi juga bukan santet. Dan kita perlu berhati-hati untuk menyatakan suatu kejadian itu sebagai santet, atau menuduh orang tertentu melakukan santet. Karena jika pernyataan itu tidak benar, itu berarti dusta serta termasuk perbuatan zhalim.
wallahu a’lam
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
________
Footnote
[1] al-Furûq, karya Al-Qurafi, juz 4, hlm: 150; dinukil dari ‘Alamus Sihri was Sya’wadzah, hlm: 92

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.