وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs al-A’râf/7:56)
Saat menjelaskan maksud ayat ini, Abu Bakar bin ‘Ayyâsy رحمه الله (wafat th. 194 H) berkata, “Sesungguhnya Allâh سبحانه وتعالى mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada penduduk bumi ketika mereka sedang dalam kerusakan, lalu Allâh سبحانه وتعالى memperbaiki mereka dengan mengutus Nabi Muhammad ﷺ . Maka barangsiapa mengajak kepada sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Muhammad ﷺ , ia benar-benar termasuk orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.” (Tafsîr Ibnu Abi Hâtim ar-Râzi 4/124 cet. Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah)
Abu Ja’far ath-Thabari رحمه الله (wafat th. 310 H) mengatakan, “Maksud dari firman Allâh سبحانه وتعالى :
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا
adalah janganlah engkau menyekutukan Allâh سبحانه وتعالى dan janganlah engkau berbuat maksiat di muka bumi, karena perbuatan seperti itu adalah perusakan yang sebenarnya di muka bumi.
بَعْدَ اِصْلَاحِهَا , yakni setelah Allâh memperbaiki bumi itu untuk orang-orang yang menaati Allâh سبحانه وتعالى , dengan mengutus para rasul kepada mereka yang menyeru kepada kebenaran, dan menjelaskan hujjah-hujjah kepada mereka.”
وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ , yakni ikhlaskanlah semua doa dan amal hanya untuk Allâh سبحانه وتعالى dan janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan apapun juga seperti ilah-ilah, berhala dan lainnya. Serta hendaklah semua yang engkau lakukan itu didasari dengan rasa takut kepada siksa-Nya dan mengharapkan pahala-Nya.” (Tafsîr ath-Thabari 5/515 cet. Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah).
Ibnul Qayyim رحمه الله (wafat th. 751 H) mengatakan, “Mayoritas ahli tafsir mengatakan, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan mengajak ketaatan kepada selain Allâh سبحانه وتعالى setelah Allâh سبحانه وتعالى memperbaikinya dengan mengutus para rasul dan menerangkan syariat serta mengajak supaya taat kepada Allâh سبحانه وتعالى . Karena sesungguhnya menyembah selain Allâh, berdoa kepada selain-Nya dan melakukan perbuatan syirik kepada-Nya adalah kerusakan yang paling besar di muka bumi. Bahkan kerusakan bumi pada hakekatnya hanyalah disebabkan oleh syirik kepada Allâh dan menyalahi perintah-Nya.
Dengan demikian, perbuatan syirik, berdoa kepada selain Allâh سبحانه وتعالى , mengagungkan sesembahan selain-Nya dan menaati selain Rasulullâh ﷺ adalah kerusakan terbesar di mukabumi. Semua ini tidak mendatangkan kebaikan sama sekali untuk bumi dan juga untuk penduduknya kecuali kalau Allâh menjadi satu-satunya Dzat yang mereka ibadahi dan taati, memohon kepada-Nya dan tidak taat kepada selain Allâh سبحانه وتعالى , kemudian selalu menaati rasul-Nya dan mengikuti (petunjuk)nya, bukan yang lain. Makhluk selain Rasûlullâh ﷺ hanya wajib ditaati jika menyerukan ketaatan kepada Rasûlullâh ﷺ , namun jika menganjurkan perbuatan maksiat dan menyuarakan hal-hal yang menyalahi syariat-Nya, maka ia tidak boleh didengar dan ditaati.
Barangsiapa memperhatikan kondisi alam, maka ia akan dapati bahwa setiap kebaikan di muka bumi ini bersumber pada tauhidullâh (mentauhidkan Allâh سبحانه وتعالى ), beribadah kepada-Nya dan menaati Rasul-Nya. Sebaliknya, setiap kejahatan, fitnah, malapetaka, kekeringan, berkuasanya musuh atas umat Islam dan bencana lainnya, penyebabnya adalah menyalahi Rasul-Nya dan menyeru kepada selain Allâh dan Rasul-Nya.” (Badâi’ul Fawâid, hlm. 385, tahqîq Basyîr ‘Uyûn dan lihat juga Badâi’ut Tafsîr hlm 1/404 oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, dikumpulkan oleh Yusra as-Sayyid Muhammad).
Al-Hâfizh Ibnu Katsîr رحمه الله (wafat th. 774 H) menjelaskan tentang ayat ini, “Allâh سبحانه وتعالى melarang perilaku merusak dan hal-hal yang membahayakannya, setelah Allâh سبحانه وتعالى melakukan perbaikan di muka bumi. Karena jika berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik dan setelah itu terjadi kerusakan, maka kondisi demikian ini lebih berbahaya bagi umat manusia. Maka, Allâh سبحانه وتعالى melarang hal itu, dan memerintahkan hamba-hamba-Nya agar beribadah, berdoa, merendahkan diri kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Oleh karena itu, Allâh سبحانه وتعالى berfirman (yang artinya-red), “…Berdoalah kepada-Nya dengan penuh rasa takut dan penuh harap…” Maksudnya, takut terkena siksa Allâh سبحانه وتعالى dan berharap bisa meraih pahala melimpah di sisi-Nya.
Kemudian Allâh berfirman (yang artinya), “…Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” Allâh menggunakan kata قَرِيْبٌ dan bukanقَرِيْبَةٌ (padahal kata رَحْمَة itu untuk muannats, mestinya menurut bahasa harus menggunakan قَرِيْبَةٌ–red), karena yang dijelaskan adalah kandungan dari kalimat rahmat yaitu tsawâb (pahala), atau karena kata rahmat itu disandarkankepada Allâh سبحانه وتعالى . Oleh karena itu, Allâh mengatakan :
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik (Tafsîr al-Qurânil ‘Azhîm 3/429, tahqîq Sâmi bin Muhammad Salâmah, cet. Ke-IV Dârut Thayyibah th. 1428 H).
FAWÂID AYAT INI
Dari uraian di atas, kita bisa mengambil beberapa faidah1 :
- Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perbuatan syirik, maksiat dan kerusakan lainnya
- Sesungguhnya perbuatan maksiat itu merusak akhlak, amal dan rezeki
- Para rasul diutus untuk memperbaiki kehidupan di muka bumi
- Wajib berdoa kepada Allâh سبحانه وتعالى dengan penuh keikhlasan, karena doa adalah ibadah
- Beramal dan berdoa kepada Allâh سبحانه وتعالى harus dilandasi dengan rasa takut dan penuh harap
- Dianjurkan untuk berbuat ihsan (berbuat kebaikan)
Footnote:
1 Taisîr Karîmir Rahmân fî Tafsîri Kalâmil Mannân oleh Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di رحمه الله dan Aisarut tafâsîr oleh Syaikh Abu Bakar Jâbir al-Jazâiri dan kitab-kitab lainnya).
majalah As-Sunnah EDISI 01/THN. XIV/RABIUL TSANI 1431H/APRIL 2010M