Disusun oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
رُوِيَ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رضي الله عنه أَنّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ :
((أَكْثِرُوْا ذِكْرَ اللَّهِ حَتَّى يَقُوْلُوْا مَجْنُوْنٌ)).
رواه أحمد وابن حبان وغيرهما
Diriwayatkan dari Abu Sa’îd al-Khudri رضي الله عنه bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah berdzikir kepada Allâh, sehingga mereka (orang-orang munafik) berkata: Dia orang gila
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad III/68, Ibnu Hibbân (3/99), al-Hakim (1/677) dan lain-lain dengan sanad mereka dari jalur Darrâj Abus Samh al-Mishri, dari Abul Haitsam Sulaimân bin ‘Amr al-Mishri, dari dari Abu Sa’îd al-Khudri رضي الله عنه Rasûlullâh ﷺ .
Hadits ini adalah hadits yang lemah bahkan munkar, dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Darrâj Abus Samh, Imam Ahmad رحمه الله dan Imam an-Nasâi رحمه الله berkata tentangnya: “Haditsnya munkar (diingkari karena kelemahannya)”. Imam Abu Hâtim رحمه الله dan Imam ad-Daraquthni رحمه الله berkata, “Dia lemah (dalam meriwayatkan hadits)”. Imam Ibnu ‘Adi tberkata, “Mayoritas hadits-hadits yang diriwayatkannya tidak didukung (dari jalur lain)” . Khususnya riwayat perawi ini dari Abul Haitsam, seperti sanad ini, kelemahannya sangat jelas, sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Abu Dâwûd رحمه الله .
Bahkan para Ulama mencantumkan hadits ini sebagai contoh hadits munkar/ lemah yang diriwayatkan oleh perawi ini, seperti Imam Ibnu ‘Adi رحمه الله , adz-Dzahabi رحمه الله dan al-Albâni رحمه الله .
Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang lemah dan munkar oleh para ulama Ahli hadits, seperti Imam Ibnu ‘Adi رحمه الله , adz-Dzahabi رحمه الله , al-Haitsami رحمه الله dan al-Albâni رحمه الله .
Adapun pernyataan sebagian dari para Ulama yang menghukumi hadits ini sebagai hadits shahîh atau hasan, seperti Imam Ibnu Hibbân رحمه الله , al-Hâkim رحمه الله dan Ibnu Hajar al-‘Asqalâni رحمه الله , maka ini tidak benar dan telah disanggah oleh para ulama lain karena kelemahan rawi tersebut di atas .
Kedudukan hadits ini yang lemah membuatnya tidak bisa dijadikan sebagai dasar argumentasi dan sandaran untuk mengamalkan kandungannya, apalagi sampai dikatakan seperti orang gila, karena tentu saja ini merupakan perbuatan tercela dan merendahkan kemuliaan seorang Muslim. Padahal Allâh سبحانه وتعالى berfi rman menyatakan tingginya kemuliaan orang-orang yang beriman (yang artinya): “…Padahal kemuliaan itu hanyalah milik Allâh, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahaminya” (QS. al-Munâfiqûn/:8).
Banyak berdzikir kepada Allâh سبحانه وتعالى dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan dalam Islam merupakan sebab datangnyakebaikan besar dan tingginya kedudukan seorang hamba di sisi Allâh سبحانه وتعالى , sehingga tidak mungkin akan menjadikan orang yang melakukannya dianggap seperti orang gila atau sifat-sifat buruk lainnya.
Maka cukuplah ayat-ayatal-Qur`ân dan hadits-hadits shahîh dari Rasûlullâh ﷺ yang menjelaskan keutamaan banyak berdzikir kepada Allâh سبحانه وتعالى dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan dalam Islam sebagai dasar hukum dan motivasi bagi seorang hamba yang beriman untuk selalu mengisi waktunya dengan banyak berdzikir kepada Allâh سبحانه وتعالى .
Misalnya, firman Allâh سبحانه وتعالى :
وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ
“Berdzikirlah kepada Allâh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (QS. al-Anfâl/8 :45).
Juga sabda Rasûlullâh ﷺ , “Apakah kalian mau aku kabarkan tentang amal shaleh yang terbaik, yang paling suci (mulia) di sisi (Allâh) Yang Maha Kuasa, yang paling meninggikan kedudukan kalian (di Surga nanti), dan amal itu lebih utama bagi kalian daripada bersedekah dengan emas dan perak, serta lebih baik daripada kalian bertemu dengan musuh (di medan jihad) lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?”. Para Sahabat رضي الله عنهم menjawab, “Iya kami mau, (wahai Rasûlullâh). Lalu Rasûlullâh ﷺ bersabda: “(Amal shaleh itu adalah) berdzikir kepada Allâh سبحانه وتعالى” .
Majalah As-Sunnah Edisi 07 Tahun XIX