Kun Fayakun Sifat Allah

oleh -1162 Dilihat
oleh

Seluruh makhluk adalah ciptaan Allâh سبحانه وتعالى . Dia Yang Menciptakan seluruh makhluk, memilikinya, mengaturnya, dan menguasainya. Allâh Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Allâh سبحانه وتعالى memberitakan hal itu di dalam banyak tempat di dalam al-Qur’an. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ

Maha Suci Allâh سبحانه وتعالى Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Mulk/67: 1)

Allâh سبحانه وتعالى juga berfirman:

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Katakanlah: “Wahai Allâh Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imrân/3: 26)

Kalimat bahwa Allâh سبحانه وتعالى “Maha Kuasa atas segala sesuatu” berulang kali disebutkan di dalam al-Qur’an sampai 36 kali.

KUN FAYAKUN SIFAT ALLÂH سبحانه وتعالى

Di antara bukti nyata bahwa Allâh سبحانه وتعالى berkuasa atas segala sesuatu adalah bahwa jika Dia menghendaki sesuatu, cukup mengatakan “kun” (jadilah!), “fayakun” (maka terjadi apa yang Dia kehendaki). Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Allâh Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah/2: 117)

Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata, “Dengan ini Allâh سبحانه وتعالى menjelaskan kesempurnaan kemampuan-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya, dan bahwa jika Allâh mentakdirkan suatu perkara dan menghendaki menciptakannya, maka hanyalah Dia mengatakan kepadanya “kun” (jadilah!), yaitu sekali saja, “fayakun” (maka terjadi), yaitu: terjadi sesuai apa yang Dia kehendaki”. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/399, tahqiq: Salamah)

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ وَيَوْمَ يَقُوْلُ كُنْ فَيَكُوْنُۚ قَوْلُهُ الْحَقُّۗ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِۗ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan[1]Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An’am/6: 73)

ALLÂH سبحانه وتعالى MUSTAHIL MEMILIKI ANAK

Karena Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu, karena semua yang ada ciptaan Allâh, karena jika Allâh menghendaki sesuatu cukup mengatakan “kun” (jadilah) “fayakun” (maka sesuatu itu terjadi), maka mustahil Allâh سبحانه وتعالى memiliki anak.

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

وَقَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا ۙسُبْحٰنَهٗ ۗ بَلْ لَّهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلٌّ لَّهٗ قٰنِتُوْنَ ١١٦ بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ١١٧

Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allâh mempunyai anak”. Maha Suci Allâh, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allâh; semua tunduk kepada-Nya. Allâh Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah/2: 116-117)

Imam Ibnu Jarir رحمه الله berkata, “Makna perkataan Allâh ini adalah: Maha Suci Allâh, bagaimana Allâh mempunyai anak, sedangkan Dia adalah Pemilik apa yang ada di langit dan di bumi. Dengan bukti-bukti yang ada di langit dan di bumi semuanya mengakui keesaan Allâh dan mengakui ketaatan kepada-Nya, dan bahwa Dia adalah Pencipta semuanya tanpa contoh dan tanpa misal yang ditiru. Dan ini adalah informasi dari Allâh kepada para hamba-Nya, bahwa diantara yang mengakui keesaan Allâh adalah Nabi Isa al-Masih عليه السلام , yang dianggap sebagai anak Allâh. Dan pemberitaan dari Allâh bahwa Dia yang pertama kali menciptakan langit dan bumi, tanpa contoh dan tanpa misal, Dia juga yang menciptakan Nabi Isa al-Masih dengan kekuasaan-Nya tanpa bapak”. (Jami’ul Bayan, 2/541, tahqiq: Ahmad Syakir)

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

مَا كَانَ لِلّٰهِ اَنْ يَّتَّخِذَ مِنْ وَّلَدٍ سُبْحٰنَهٗ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ۗ ٣٥

Tidak layak bagi Allâh mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (QS. Maryam/19: 35)

Imam Ibnu Jarir رحمه الله berkata, “Firman Allâh ‘Maha Suci Dia’, yaitu penyucian bagi Allâh dari anggapan orang-orang kafir yang mengatakan ‘Isa putra Allâh. Firman Allâh ‘Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia’, yaitu bahwa Allâh memulai penciptaan Nabi Isa عليه السلام dan menumbuhkannya tanpa laki-laki yang menggauli ibunya, tetapi Allâh mengatakan kepadanya “kun” (jadilah) “fayakun” (maka itu terjadi). Karena demikian Allâh menciptakan sesuatu, jika Dia telah menetapkan menciptakan sesuatu, Dia sekedar berkata “kun” (jadilah) “fayakun” (maka itu terjadi) ada wujudnya. Allâh tidak berat menciptakannya, karena Dia tidak menciptakan dengan kesusahan, beban, usaha keras dan berat”. (Jami’ul Bâyan, 18/196, tahqiq: Ahmad Syâkir)

Bagaimana Dia memiliki anak, padahal Dia tidak memiliki istri, dan semua yang ada adalah ciptaan Allâh?

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنّٰى يَكُوْنُ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَمْ تَكُنْ لَّهٗ صَاحِبَةٌ ۗوَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ١٠١

Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-An’am/6: 101)

ALLÂH سبحانه وتعالى BERKUASA MENGHIDUPKAN ORANG-ORANG YANG TELAH MATI

Karena Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu, karena semua yang ada tunduk kepada Allâh, karena jika Allâh menghendaki sesuatu cukup mengatakan “kun” (jadilah) “fayakun” (maka sesuatu itu terjadi), sehingga tidak mustahil Allâh سبحانه وتعالى akan menghidupkan manusia sesudah matinya untuk memberikan balasan terhadap perbuatan mereka.

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ لَا يَبْعَثُ اللّٰهُ مَنْ يَّمُوْتُۗ بَلٰى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٨ لِيُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِيْ يَخْتَلِفُوْنَ فِيْهِ وَلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰذِبِيْنَ ٣٩ اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ࣖ ٤٠

Mereka bersumpah dengan nama Allâh dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allâh tidak akan akan membangkitkan orang yang mati.” (Tidak demikian), bahkan (pasti Allâh akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allâh, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui, agar Allâh menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia. (QS. An-Nahl/16: 38-40)

Allâh سبحانه وتعالى juga berfi rman:

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ ٨١ اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ٨٢

Dan tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Yâsîn/36: 81-82)

TIDAK ADA MANUSIA YANG MEMILIKI SIFAT “KUN FAYAKUN”

Sebagian orang menyangka, jika dia banyak beribadah kepada Allâh dan mensucikan dirinya, maka derajatnya akan meningkat sampai ke derajat memiliki sifat “Kun fayakun”. Ini adalah keyakinan syirik, sebab sifat “Kun fayakun” hanya dimiliki oleh Allâh k .

Disebutkan di dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 4/473, fatwa no. 2808:

Pertanyaan: Saya mendengar sebagian orang mengatakan sebuah hadits qudsi, hadits yang bersumber dari Allâh, yang kalimatnya:

 “عَبْدِيْ أَطِعْنِيْ تَكُنْ عَبْدًا رَبَّانِيَّا يَقُوْلُ لِلشَّيْءِ : كُنْ، فِيَكُوْنُ”

“Hamba-Ku, taatlah kepada-Ku, engkau akan menjadi hamba rabbaniy, yang mengatakan kepada sesuatu “Kun fayakun” (Jadilah, maka jadilah sesuatu itu)”.

Apakah hadits qudsi ini shahih, atau tidak shahih?

Jawaban: Kami tidak menemukan hadits ini di dalam kitab-kitab Sunnah (hadits), namun maknanya menunjukkan bahwa hadits itu palsu. Karena hadits itu menempatkan (manusia) makhluk yang lemah pada kedudukan Al-Khaliq (Sang Pencipta), Yang Maha Kuat, Yang Maha Suci, atau menjadikannya (manusia) sebagai sekutu bagi-Nya. Maha Suci Allâh سبحانه وتعالى dari memiliki sekutu di dalam kekuasaan-Nya. Meyakini hal itu merupakan kemusyrikan dan kekafiran. Karena hanya Allâh Yang Maha Suci yang mengatakan kepada sesuatu: “Kun fayakun” (Jadilah, maka jadilah sesuatu itu)”. Sebagaimana di dalam firman Allâh سبحانه وتعالى :

 اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ٨٢

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Yâsîn/36: 82)

Ketika kita sudah memahami hal ini, maka kita tidak akan tertipu dengan orang yang mengaku memiliki sifat “Kun fayakun” kemudian mampu menggandakan uang menjadi banyak. Sehingga orang berbondong-bondong menyetor uang kepadanya agar digandakan, ternyata dia penipu!

Di dalam kitab Mausu’ah al-Firaq al-Muntasibah lil Islam, 7/214, disebutkan: “Ini menuntut seorang Mukmin yang berakal waspada terhadap tipu daya-tipu daya setan dengan berlindung kepada Allâh سبحانه وتعالى dan mengikuti petunjuk-Nya. Dan berburuk sangka kepada dirinya sendiri yang banyak memerintahkan keburukan. Hendaklah dia memandang dirinya dari sisi kehinaan, merendahkan diri, dan membutuhkan Allâh سبحانه وتعالى . Dan hendaklah dia menimbang perbuatan-perbuatannya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, lalu di saat itu dia menghukumidirinya, dengan kekurangan yang dia lakukan atau dengan kedekatan kepada Allâh سبحانه وتعالى dan dia mengendalikan kendali jiwanya yang banyak memerintahkan keburukan. Dan hendaklah dia tidak membenarkan karamat (hal-hal luar biasa) yang bertentangan dengan Islam. Seperti menghidupkan makhluk mati, yang disebutkan oleh al-Munawi. Dan dia memberikan contoh dengan Abu ‘Ubaid al-Yusriy yang telah menghidupkan binatang tunggangannya yang telah mati. Mufrij ad-Damamiy yang telah menghidupkan burung yang dibakar, al-Kailaniy dan Abu Yusuf ad-Dahmaniy yang telah menghidupkan seorang anak dari muridnya setelah mati. Dan di antara karamat (hal-hal luar biasa) yang diklaim oleh mereka bahwa wali-wali Shufi memiliki kemampuan berjalan di atas air, berbicara dengan binatang, melipat bumi, muncul di tempat lain, berjalan di awan, merubah tanah menjadi roti, menyembuhkan penyakit buta sejak lahir dan penyakit belang. Seseorang dari mereka yang bernama Ali Harazim menyatakan bahwa seorang wali memiliki kalimat takwin (kata untuk menciptakan sesuatu), jika dia menghendaki sesuatu, cukup mengatakan “kun” (jadilah!), “fayakun” (maka terjadi apa yang Dia kehendaki). Dia telah menyebutkan banyak contoh di dalam kitabnya, yang berjudul Jawahirul Ma’aniy, sesuatu yang bercampur dengan kebatilan dan kedustaan atas nama Allâh D dan atas nama manusia”.

Semoga dengan penjelasan ini, kita mengetahui kebenaran sebagai kebenaran, dan Allâh memudahkan untuk mengikutinya. Kita mengetahui kebatilan sebagai kebatilan, dan Allâh D memudahkan untuk menjauhinya.

Al-hamdulillahi Rabbil ‘Alamîn. [ ]

Majalah As-Sunnah

EDISI KHUSUS [01-02]/TAHUN. XXIII/RAMADHAN-SYAWWAL 1440H/MEI-JUNI 2019M

Tentang Penulis: Redaksi

Majalah As-Sunnah adalah majalah dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang terbit setiap awal bulan, insyaallah. Menyajikan materi – materi ilmiah berdasarkan pemahaman para salafush sholih, dari narasumber dan referensi yang terpercaya. Majalah As-Sunnah, pas dan pantas menjadi media kajian ilmiah keislaman Anda!